Nationalgeographic.co.id—Ini adalah kisah sedih dari dunia hewan. Sepertinya ini sesuatu yang hanya bisa kita temukan dalam fiksi atau film horor. Namun, ini adalah nyata. Binatang ini tidak memiliki mulut untuk makan atau mulutnya benar-benar tertutup rapat. Kondisi ini membawanya ke akhir yang tak terelakkan setelah hanya menjalani beberapa hari saja dalam kehidupannya.
Kisah sedih ini dialami oleh kupu-kupu nokturnal terbesar di dunia, Attacus Atlas. Atau kita biasa mengenalnya sebagai kupu-kupu gajah. Ia hidup di hutan tropis Asia Tenggara, kepulauan Malaysia, Indonesia dan Kalimantan. Apakah Anda pernah menemukannya? Disebut Atlas terinspirasi dari titan mitologi Yunani dan karena ukurannya yang memang besar, maka cocok dengan pemberian namanya.
Di beberapa tempat di Cina kupu-kupu jenis ini disebut kupu-kupu kepala ular. Ini karena ujung sayapnya persis seperti kepala ular. Dalam contoh mimikri yang sempurna dan spektakuler, sebuah mekanisme evolusi yang dengannya beberapa spesies dapat muncul menjadi hewan lain untuk tujuan sebagai sistem pertahanan.
Attacus Atlas hanya makan saat masih menjadi larva. Kemudian setelah menjadi kupu-kupu, ia tidak memiliki rongga mulut dan satu-satunya tujuannya adalah untuk bereproduksi. Ini adalah tugas yang dilakukannya segera setelah ia lahir.
Di beberapa tempat, sutra yang dihasilkannya, berwarna gelap dan mirip dengan wol. Sutra ini digunakan karena daya tahannya yang luar biasa. Tetapi tidak dieksploitasi secara komersial karena, tidak seperti yang dihasilkan oleh ulat sutera. Melainkan yang dihasilkan oleh Attacus disekresikan dalam bentuk untaian putus.
Tubuhnya tidak proporsional, kecil, dibandingkan dengan sayapnya. Yang bisa mencapai lebar sayap hingga 24 sentimeter. Dalam hal ini, hanya dilampaui oleh Kupu-Kupu Kaisar (Thysania agrippina), yang mendiami sebagian besar Amerika Tengah dan Selatan. Namun Attacus memiliki sayap yang lebih luas, luasnya bisa mencapai hingga 400 sentimeter persegi.
Bagian atas sayap berwarna coklat kemerahan dengan pola garis hitam, putih, merah muda dan ungu. Bagian bawah lebih pucat. Ujung sayap dengan mimikri yang menyerupai kepala ular tersebut berfungsi untuk menjauhkan burung dari daerah larva yang merupakan predator utama.
“Saat terancam, Attacus jatuh ke tanah dan menggeliat, perlahan mengepakkan sayapnya untuk meniru gerakan kepala dan leher ular sehingga menakuti pemangsa,” kata Katie Pavid, dari Natural History Museum, London.
Karena tidak makan. Kupu-kupu ini hanya memanfaatkan penyimpanan lemak yang terakumulasi selama fase larva. Ia mencoba menghemat energi dengan terbang sesedikit mungkin. Setiap penerbangan membutuhkan daya dan dapat mengambil hari libur dari kehidupan mereka yang sudah singkat. Mereka juga penerbang yang sangat lemah dan tidak aman karena beratnya. Oleh karena itu akan beristirahat di siang hari dan hanya terbang di malam hari.
Apakah attacus atlas itu kupu-kupu atau ngengat? Attacus atlas, juga dikenal sebagai ngengat Atlas, adalah ngengat saturniid besar yang endemik di hutan-hutan Asia. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linnaeus dalam Systema Naturae edisi ke-10 tahun 1758.
Baca Juga: Dunia Hewan: Memahami Genetika Mimikri di Sayap Kupu-Kupu Daun Mati
Baca Juga: Gawat! Kupu-kupu dan Lebah Kesulitan Menemukan Bunga Akibat Polusi
Baca Juga: Perilaku Ganas Kupu-kupu Milkweed Untuk Dapatkan Alkaloid Pirolizidin
Attacus Atlas (seperti halnya Thysania agrippina) adalah spesies heterocera, sekelompok Lepidoptera yang kadang-kadang disebut ngengat, tetapi juga sebagai kupu-kupu nokturnal. Larva Attacus memakan jeruk, kayu manis, jambu biji, dan daun cemara.
Siklus hidupnya adalah antara sepuluh dan dua belas minggu, tergantung pada kondisi iklim dan sumber daya yang tersedia. Begitu ngengat dewasa muncul, mereka hanya hidup satu atau dua minggu dengan dorongan yang cukup lama untuk kawin dan bereproduksi. Siklus hidupnya dengan metamorfosis sempurna, terdiri dari empat tahap: telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (dewasa).
Perkawinan dimulai ketika betina melepaskan feromon penarik seks saat senja. Jantan akan tertarik oleh pesan kimia ini, yang mereka deteksi menggunakan antena besar mereka yang berbulu (seperti bulu). Perkawinan ini akan terjadi pada malam hari.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR