Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru dunia hewan telah menyoroti bagaimana perubahan iklim akan berdampak pada distribusi paus besar di perairan Selandia Baru.
Lautan dunia menyerap lebih dari 90% panas dan energi berlebih yang dihasilkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca. Namun, karena lautan terus memanas, kenaikan suhu laut menghasilkan efek cascading yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini mencakup pencairan es kutub, naiknya air laut, gelombang panas laut, dan pengasaman laut.
Hal ini pada gilirannya berdampak besar pada keanekaragaman hayati laut serta kehidupan dan mata pencaharian masyarakat pesisir. Terutama di negara-negara kepulauan seperti Selandia Baru.
Sebuah studi kolaboratif internasional antara Massey University, University of Zurich, Canterbury University dan Flinders University dilakukan. Mereka menggunakan pendekatan pemodelan yang kompleks. Bertujuan untuk memproyeksikan pergeseran jangkauan regional paus biru dan paus sperma pada tahun 2100, di bawah skenario perubahan iklim yang berbeda.
Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal internasional Ecological Indicators pada 2 Agustus. Makalah tersebut diberi judul On the rise: Climate change in New Zealand will cause sperm and blue whales to seek higher latitudes.
Studi ini menunjukkan pergeseran selatan habitat yang cocok untuk kedua spesies yang meningkat besarnya saat lautan menghangat. Skenario perubahan iklim paling parah yang diuji menghasilkan 61 persen hilangnya dan 42 persen penurunan habitat yang saat ini cocok untuk sperma dan paus biru. Sebagian besar ada di perairan utara Selandia Baru.
"Terlepas dari skenario perubahan iklim mana yang akan menjadi kenyataan, bahkan skenario kasus terbaik menunjukkan perubahan penting dalam distribusi habitat yang cocok untuk sperma dan paus biru di Selandia Baru." kata Pemimpin penelitian Dr Katharina Peters dari University of Canterbury, seperti dilansir Science Daily.
Negara kepulauan seperti Selandia Baru sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut karena hubungannya yang kuat dengan laut. Misalnya, paus sperma di Selandia Baru sangat penting untuk industri pariwisata dan ekonomi lokal.
"Industri pengamatan paus di Kaikoura mungkin berisiko karena semakin sedikitnya penampakan paus sperma di lepas pantai itu di masa depan.” Kata Karen Stockin, rekan penulis studi yang juga yang memimpin Cetacean Ecology Research Group di Massey University. “Perubahan seperti itu dalam distribusi paus sperma akan memiliki dampak sosial ekonomi karena ketergantungan langsung dan tidak langsung pada kegiatan pengamatan paus oleh ekonomi lokal."
Baca Juga: Muntahan Paus Membuat Kelompok Nelayan Ini Terlepas dari Kemiskinan
Baca Juga: Ikan Lentera Dapat Sebarkan Parasit ke Paus Sperma, Bagaimana Caranya?
Baca Juga: Paus Sperma Ditemukan Mati dengan 100 Kilogram Sampah di Perutnya
Baca Juga: Seekor Paus Hamil Ditemukan Mati Terdampar dengan Perut Penuh Plastik
Paus besar, seperti sperma dan paus biru, adalah insinyur ekosistem yang penting. Ini berarti bahwa mereka memenuhi banyak tugas seperti memfasilitasi transfer nutrisi dari perairan dalam ke permukaan. Melintasi garis lintang melalui migrasi dari area makan ke area melahirkan. Pergeseran ke arah selatan yang diprediksi di masa depan, didorong oleh perubahan iklim. Ini akan berdampak pada fungsi ekosistem dan berpotensi mengganggu kestabilan proses ekologi di bagian utara Selandia Baru.
Sementara penelitian ini menekankan dampak negatif dari perubahan iklim pada paus biru dan paus sperma. Penelitian ini juga menyoroti habitat yang mungkin cocok di masa depan untuk kedua spesies di Pulau Selatan dan pulau-pulau lepas pantai.
"Area seperti itu berpotensi menjadi perlindungan iklim bagi kedua spesies. Mengetahui tentang area ini sejak dini memberikan peluang untuk peningkatan perlindungan mereka di masa depan. Terutama ketika mempertimbangkan penempatan kawasan lindung laut dan undang-undang eksplorasi minyak dan gas." tutur penulis senior, Dr Frédérik Saltré, co-leader Global Ecology Lab di Flinders University.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR