Pemberontakan mereka dimanifestasikan sebagai pemberontakan agama karena agama adalah satu-satunya bentuk yang dapat dilakukan gerakan tersebut untuk memobilisasi sejumlah besar orang untuk aksi politik yang melampaui keluarga, lingkungan, desa, dan klan.
Beberapa sejarawan memandang gerakan Khurramisme di abad pertengahan ini sebagai sekelompok radikalis yang ingin selalu tampil dalam panggung sejarah. Mereka dikaitkan dengan pelengseran hingga pembunuhan para penguasa dan raja.
Baca Juga: Berasal dari Timur Tengah, Bagaimana Kucing Menaklukkan Dunia?
Baca Juga: Jalur Kereta Trans-Iran, Menghidupkan Kembali Pariwisata Usai Isolasi
Baca Juga: Siapakah Wanita Bertubuh Ular dalam Legenda Timur Tengah Shahmaran?
Baca Juga: Batu Raksasa Luar Angkasa Menghancurkan Kota Kuno di Timur Tengah
Namun, pada dasarnya gerakan ini hidup diantara bangsa Sasania yang merupakan sekelompok komunitas muslim.
"Tak satu pun dari gerakan utama Khurramisme ini adalah restorasionis. Artinya tidak satupun dari mereka berusaha untuk membongkar kekhalifahan atau untuk mengakhiri Islam," pungkasnya.
Komunitas ini mulai menghilang dan tenggelam pasca pertempuran dengan Abbasiyyah. Pertempuran yang dimenangkan Abbasiyah itu menyebabkan ribuan Khurramis melarikan diri ke Byzantium.
Di Byzantium, mereka disambut oleh Kaisar Theophilos, dan mereka bergabung dengan tentara Bizantium di bawah pemimpin Iran mereka, Theophobos.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Medievalists |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR