Model ini, lanjutnya, dengan hati-hati melacak di mana es berada, pada partikel apa ia berada, seberapa besar partikelnya, seberapa kecilnya, dan bagaimana pergerakannya.
Para penulis menerapkan model yang diadaptasi ke piringan planet. Mereka berharap untuk menghasilkan pemahaman mendalam tentang bagaimana karbon monoksida berevolusi dari waktu ke waktu di pembibitan planet.
Baca Juga: Astronom Temukan Molekul Terbesar dalam Piringan Pembentuk Planet
Baca Juga: Hubble Temukan Planet yang Terbentuk dengan Cara yang Tidak Biasa
Baca Juga: Astronom Menemukan 70 Planet 'Pengembara' Misterius di Konstelasi 13
Untuk menguji validitas model mereka, mereka membandingkan keluarannya dengan pengamatan menggunakan teleskop ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) terhadap karbon monoksida dalam empat cakram yang dipelajari dengan baik : TW Hya, HD 163296, DM Tau, dan IM Lup.
Teleskop ALMA adalah teleskop radio astronomi interferometer di gurun Atacama Chili utara. ALMA diharapkan dapat memberikan wawasan tentang kelahiran bintang pada alam semesta awal dan pencitraan rinci bintang lokal dan formasi pada planet.
"Hasil dan modelnya bekerja dengan sangat baik," Powell menjelaskan temuan mereka.
Model baru yang juga sejalan dengan masing-masing pengamatan, menunjukkan bahwa keempat cakram tidak benar-benar kehilangan karbon monoksida sama sekali. Karbon monoksida baru saja berubah menjadi es, yang saat ini tidak terdeteksi dengan teleskop.
Model tersebut juga menunjukkan bahwa tidak seperti pemikiran sebelumnya, karbon monoksida terbentuk pada partikel es yang besar, terutama setelah satu juta tahun. Sebelum satu juta tahun, gas karbon monoksida berlimpah dan dapat dideteksi dalam cakram.
"Ini mengubah cara kami berpikir tentang es dan gas didistribusikan dalam cakram," kata Powell. "Ini juga menunjukkan bahwa pemodelan terperinci seperti ini penting untuk memahami dasar-dasar lingkungan ini."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Nature Astronomy,Sci-News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR