Baca Juga: Spesies Berang-berang Raksasa yang Dianggap Sudah Punah Muncul Kembali
Baca Juga: Spesies Berang-berang Tidak Dikenal Sebelumnya Ditemukan di Jerman
Baca Juga: Terakhir Muncul pada 1980-an, Spesies Berang-berang Ini Muncul Lagi
Calede mendapatkan 15 pengukuran fosil tulang pergelangan kaki dan membandingkannya dengan pengukuran tulang serupa dari 343 spesimen spesies hewan pengerat yang hidup saat ini.
Menjalankan analisis komputasi data dalam berbagai cara, mereka sampai pada hipotesis baru untuk evolusi berang-berang amfibi. Mereka mengusulkan bahwa mereka mulai berenang sebagai hasil dari eksaptasi, yaitu kooptasi dari anatomi yang ada.
"Dalam hal ini, adaptasi untuk menggali dikooptasi untuk transisi ke penggerak semi-akuatik," kata Dr. Calede.
"Nenek moyang semua berang-berang yang pernah ada kemungkinan besar adalah penggali, dan perilaku semi-akuatik berang-berang modern berevolusi dari ekologi menggali. Berang-berang beralih dari menggali liang menjadi berenang di air."
Selain itu, Fosil ikan dan katak dan sifat batuan tempat fosil Microtheriomys articulaquaticus ditemukan menunjukkan bahwa itu adalah lingkungan akuatik. Fakta itu memberikan bukti tambahan untuk mendukung hipotesis.
Analisis ukuran tubuh berang-berang selama 34 juta tahun terakhir menunjukkan evolusi berang-berang mengikuti apa yang dikenal sebagai aturan Cope, yang menyatakan bahwa organisme dalam garis keturunan yang berkembang bertambah besar seiring waktu.
Berang-berang raksasa seukuran beruang hitam hidup di Amerika Utara sekitar 12.000 tahun yang lalu. Seperti yang lain kecuali dua spesies berang-berang yang hidup saat ini, Castor canadensis dan Castor Fiber, berang-berang raksasa punah.
"Sepertinya ketika Anda mengikuti aturan Cope, itu tidak baik untuk Anda, itu membuat Anda berada di jalur yang buruk dalam hal keanekaragaman spesies," kata Calede.
"Dulu kami memiliki lusinan spesies berang-berang dalam catatan fosil. Hari ini kita memiliki satu berang-berang Amerika Utara dan satu berang-berang Eurasia."
"Kami telah beralih dari grup yang sangat beragam dan melakukannya dengan sangat baik menjadi grup yang jelas tidak begitu beragam lagi."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Royal Society Open Science,Ohio State University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR