Baca Juga: Artefak Cangkang Siput di Kepulauan Mariana adalah Umpan Gurita Tertua
Makalah studi ini baru saja dipublikasikan di jurnal Matter pada 1 September 2022. Dalam makalah ini para peneliti memaparkan bahwa baterai dari cangkang krustasea ini tidak mudah terbakar dan dua pertiga baterai yang terbuat dari kitosan dapat rusak di tanah berkat degradasi mikroba hanya dalam waktu lima bulan sehingga hanya menyisakan seng yang dapat didaur ulang.
Baterai ini mendapat pujian dari peneliti lain. Antonio J Fernández Romero, seorang profesor ilmu material untuk produksi energi di University of Cartagena di Spanyol yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan ini adalah "sifat yang luar biasa".
Romero menyatakan, "Desain baterai baru yang menghormati lingkungan, murah dan menghasilkan kapasitas debit tinggi, adalah salah satu item yang lebih penting yang harus dikembangkan di tahun-tahun mendatang."
Dia menambahkan bahwa biodegradabilitas adalah kuncinya. Menurutnya, pada tingkat ini sistem itu tampaknya bekerja dengan sangat baik tetapi harus diuji pada skala yang lebih besar dan dalam kondisi penggunaan komersial.
"Kami pikir baik biodegradabilitas material, atau dampak lingkungan, dan kinerja baterai ini penting untuk suatu produk, sehingga berpotensi untuk dikomersialkan,” ujar Liangbing Hu penuh harap.
Simak #SayaPilihBumiFestival yang akan digelar pada Oktober mendatang di sini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, peran komunitas dalam pelestarian Bumi, sampai konser musik.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR