Nationalgeographic.co.id—Para peneliti baru-baru ini menganalisis sisa-sisa tiga mumi Amerika Selatan pra-Columbus. Namun di tengah penelitiannya, mereka menemukan dua orang dibunuh secara brutal.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Medicine menunjukkan bagaimana analisis menyeluruh dari sisa-sisa mumi dapat mengungkapkan informasi yang mengejutkan, bahkan jika sisa-sisa itu berusia hingga seribu tahun. Mumi Amerika Selatan yang dipelajari para peneliti saat ini berada di Eropa. Satu disimpan di Universitas Marburg, Jerman dan dua lainnya berada di koleksi Museum Delémont di Swiss.
Mumi Marburg berasal dari wilayah Arica di Chili Utara dan hidup antara tahun 996 dan 1147 M. Sedangkan mumi Delémont, jantan dan betina, berasal dari wilayah Arequipa di Peru. Mumi Delémont betina telah diberi penanggalan radiokarbon pada tahun 1224 dan 1282 M, sedangkan mumi laki-laki hidup antara tahun 902 dan 994 M. Ketiga mumi secara alami menjadi mumi.
Pemindaian tomografi terkomputasi 3D menggunakan sinar-X, yang memungkinkan para peneliti untuk melihat keadaan internal sisa-sisa mumi tanpa harus membukanya. Ketika para peneliti menggunakan CT scan 3D pada mumi Amerika Selatan, mereka menemukan bukti trauma pra dan perimortem, serta post-mortem. Selanjutnya, penelitian paleo-forensik mereka menunjukkan bahwa kedua mumi laki-laki telah meninggal karena trauma mematikan.
Ahli patologi Andreas Nerlich, dari Klinik Munich Bogenhausen di Jerman, mengatakan bahwa kematian brutal dari dua mumi Amerika Selatan hanya terlihat karena kondisi tubuh yang diawetkan.
“Di sini kami menunjukkan trauma mematikan pada dua dari tiga mumi Amerika Selatan yang kami selidiki dengan CT 3D. Jenis trauma yang kami temukan tidak akan terdeteksi jika sisa-sisa manusia ini hanyalah kerangka,” ujarnya.
Menemukan Kebenaran Brutal dari Dua Pembunuhan Pra-Columbus
Mumi Marburg berusia 20-25 tahun ketika dia dibunuh. Dia dimakamkan dengan tekstil, keramik, dan alat-alat memancing. Hal ini menunjukkan bahwa dia mungkin bagian dari komunitas nelayan. Para ilmuwan menemukan tanda-tanda tuberkulosis parah di paru-parunya, tetapi 'otopsi virtual' mumi Marburg menunjukkan bahwa dia tidak mati karena penyakit itu, dia dibunuh dalam salah satu dari dua skenario.
Dalam makalah mereka, para peneliti menggambarkan dua skenario: “satu penyerang memukul korban dengan kekuatan penuh di kepala dan [a] penyerang kedua menusuk korban (yang masih berdiri atau berlutut) di belakang. Atau, penyerang yang sama atau lain yang berdiri di sisi kanan korban memukul kepala dan kemudian berbalik ke belakang korban dan menikamnya.”
Para peneliti menulis bahwa analisis mereka terhadap mumi Delémont laki-laki menunjukkan bahwa pria itu mengalami "trauma besar pada tulang belakang leher yang kemungkinan besar merupakan penyebab kematian"—yang berarti dia terbunuh oleh pukulan fatal di bagian belakang lehernya.
Tanda-tanda Trauma pada Ketiga Mumi Amerika Selatan
Ketiga mumi Amerika Selatan memiliki tanda-tanda trauma, namun para peneliti menyatakan bahwa mereka percaya hanya laki-laki yang dibunuh dengan kejam. Mumi Delémont betina telah mengalami kerusakan pada kerangkanya, tetapi ini diyakini terjadi ketika tubuhnya dikubur.
Para ilmuwan juga percaya bahwa beberapa kerusakan postmortem yang ditemukan pada ketiga mayat itu disebabkan oleh penggalian atau pengangkutan mumi. Nerlich mengucapkan terima kasih atas teknologi yang tidak merusak dan efektif yang sekarang dimiliki tim peneliti saat mempelajari mumi pra-Columbus.
Baca Juga: Sejarah Kelam Mumi Mesir di Eropa: Dibongkar, Dihancurkan dan Dimakan
Baca Juga: Begini Caranya Bangsa Mesir Kuno Membuat Mumi selama 70 Hari
Baca Juga: CT Scan Ungkap Eksekusi Seremonial Firaun Seqenenre sang Pemberani
“Ketersediaan CT scan modern dengan peluang untuk rekonstruksi 3D menawarkan wawasan unik tentang tubuh yang tidak akan terdeteksi. Studi sebelumnya akan menghancurkan mumi, sementara x-ray atau CT scan yang lebih tua tanpa fungsi rekonstruksi tiga dimensi tidak dapat mendeteksi fitur kunci diagnostik yang kami temukan di sini,” kata Nerlich.
Memperoleh Wawasan tentang Masa Lalu yang Penuh Kekerasan
Nerlich juga mencatat bahwa mempelajari sisa-sisa mumi dapat mengungkapkan tingkat trauma yang jauh lebih tinggi, terutama trauma yang disengaja, daripada studi tentang kerangka.
Sementara bukti kematian akibat kekerasan dari kedua pria itu mengganggu, itu tidak mengejutkan. Sebuah studi tahun 2021 tentang tingkat kekerasan dalam populasi hortikultura pra-Columbus di Chili Utara menemukan bukti trauma akibat kekerasan pada 21% dari sisa-sisa manusia milik laki-laki.
Studi-studi ini tidak menghibur atau menyenangkan tetapi belajar tentang jenis kematian dan kekerasan yang bisa memberikan wawasan berguna tentang bagaimana orang hidup dan meninggal pada masa lalu.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR