Nationalgeographic.co.id - Persenjataan menjadi instrumen penting dalam berperang. Untuk memenangkan pertempuran, tentara Yunani, Kartago, dan Romawi terkadang menggunakan gajah. Besar, eksotis, dan kuat. Gajah jadi senjata menakutkan yang dapat menginjak-injak musuh dalam pertempuran Yunani, Romawi, hingga Kartago.
Sayangnya, meskipun tampak mengesankan di medan perang, memelihara gajah memakan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari mendapatkan gajah, melatih, sampai mengangkutnya ke medan perang. Selain itu, ada risiko gajah tiba-tiba mengamuk di tengah panasnya pertempuran. Maka, meski jadi senjata menakutkan, gajah tidak terlalu efektif dalam perang.
Dua spesies gajah di zaman kuno
Di zaman kuno, dua gajah dikenal—gajah Asia (Elephas maximus) dan gajah Hutan Afrika (Loxodonta cyclotis). Gajah Asia mulai dikenal di Eropa setelah penaklukan Aleksander Agung pada abad ke-4 Sebelum Masehi. Kontak dengan Kekaisaran Maurya di India juga turut berperan.
Begitu terkesannya Aleksander dengan gajah perang Porus, ia memiliki 200 korps gajah dalam Pertempuran Hydaspes pada 326 Sebelum Masehi. Setelah itu, gajah pun mulai digunakan dalam berbagai pertempuran di Yunani, Kartago, dan Romawi.
Senjata yang kuat tetapi mahal
Gajah, yang hanya tersedia dari Afrika atau Asia, adalah komoditas mahal yang harus dibeli untuk kekuatan Mediterania. Ditambah lagi ada biaya pemeliharaan dan pelatihan gajah liar agar mampu bertempur. Membawa gajah dari satu tempat ke tempat yang lain juga menjadi masalah.
Terlepas dari biaya dan kesulitan, serta evolusi senjata yang lambat, gajah memiliki daya tarik yang besar. “Pasalnya, seekor gajah bisa dengan mudah menginjak-injak musuh di medan perang,” tutur Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia.
Efek psikologis yang ditimbulkan oleh gajah
Selain merusak, gajah juga menimbulkan efek psikologis yang diharapkan. Binatang buas besar ini akan menakuti manusia dan kuda dengan suara mereka yang keras. Bahkan kuda pun gelisah ketika mencium bau gajah.
Di posisi terdepan, gajah dapat menyebabkan barisan kavaleri yang tidak terlatih menjadi berantakan karena panik.
Melempar, merobek, dan menghancurkan musuh, gajah digunakan untuk membuat kekacauan di lapangan dan benteng. “Bayangkan gajah-gajah perang merobohkan tembok dengan dahi atau menariknya ke bawah dengan belalainya,” ujar Cartwright.
Baca Juga: Menara Trajan: Sebuah Catatan Perang Menjulang di Tengah Roma
Baca Juga: Inilah Lima Senjata Paling Mematikan yang Tercatat Dalam Sejarah
Untuk melawan gajah di medan perang, prajurit dilatih secara khusus, terutama dalam hal memanah. Ketika gajah terluka di medan perang, semua akan hancur. Pasalnya, gajah yang terluka benar-benar bisa menjadi gila dan menyebabkan kerusakan luar biasa pada kedua pihak. Jika ini terjadi, penunggangnya menggunakan paku logam dan palu untuk menusuk otak gajah dan membunuhnya segera.
Maka ketika musuh memiliki keterampilan, gajah berkurang keefektifannya karena tentara siap untuk menghadapi gajah-gajah itu.
Ratusan gajah dibawa ke medan perang
Karena kekuatannya, para komandan militer berusaha keras untuk melengkapi pasukan dengan gajah. Seleukos I Nikator menukar bagian dari kerajaan timurnya demi mendapatkan 500 gajah dari kaisar India Chandragupta pada 305 Sebelum Masehi.
Tentara Antigonid dan Ptolemies juga menerjunkan gajah Asia, meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Pada tahun 270 Sebelum Masehi, misalnya, Ptolemy II melatih gajah Afrika untuk digunakan dalam pasukannya. Ia bahkan menunjuk seorang pejabat tinggi untuk bertanggung jawab atas gajah-gajah Afrika tersebut.
Menurut Plutarch, 475 ekor gajah ikut serta dalam Pertempuran Ipsus pada 301 Sebelum Masehi selama Perang Penerus. Pada 275 Sebelum Masehi, dalam pertempuran yang dikenal sebagai 'Kemenangan Gajah', Antigonus Gonatas, menggunakan 16 gajah. Ini dilakukan untuk menakut-nakuti pasukan Galia agar mundur.
Pyrrhus dari Epirus adalah komandan pertama yang menggunakan gajah di Eropa dalam serangan militer di Italia dan Sisilia dari 280 hingga 275 Sebelum Masehi. Di sana Pyrrhus memperoleh kemenangan penting melawan Romawi dalam pertempuran Heraclea dan Asculum.
Orang Kartago adalah pengguna utama berikutnya. Dapat dengan mudah memperoleh gajah Afrika dari kawasan hutan Atlas, mereka membentuk korps gajah dari tahun 260 Sebelum Masehi. Ini digunakan dalam melawan Romawi. “Gajah bahkan muncul di koin Kartago pada masa itu,” Cartwright juga menambahkan.
Jubah tempur gajah di medan perang
Gajah mengenakan pelindung kepala. Sebuah karung tebal atau penutup kulit juga bisa digantung di punggung gajah untuk melindungi sisi-sisinya. Bilah pedang atau mata besi ditambahkan ke gading dan lonceng yang digantung di badan untuk menimbulkan suara-suara.
Ketika gajah pertama kali digunakan dalam perang, hanya ada penunggang dan penombak di atas gajah. Penunggangnya sangat penting karena dia melatih hewan itu selama bertahun-tahun dan hanya akan mematuhi perintahnya. Dia mengendalikan arah dengan menekan bagian belakang telinga hewan itu dengan jari kakinya.
Kemudian, sebuah menara kecil dari kayu dan kulit diikatkan ke tubuh gajah asia. Di dalamnya terdapat empat pelempar lembing atau rudal. Namun, gajah itu sendiri yang merupakan senjata utama, yang digunakan sebagai semacam bola penghancur bergerak.
Baca Juga: Persia dan Romawi Berperang selama 721 Tahun, Siapa Pemenangnya?
Baca Juga: Batu Bersiul, Senjata Teror Tentara Romawi Kuno yang Paling Ditakuti
Pada ketinggian rata-rata 2,5 meter, berat sekitar 5 ton, dan kecepatan 16 km/jam, gajah menjadi mesin perusak yang sangat efektif.
Sejarawan kuno Ammianus Marcellinus mengungkapkan kehebatan gajah, "Pikiran manusia tidak dapat membayangkan apa pun yang lebih mengerikan daripada kebisingan dan tubuh besar gajah."
Taktik tentara Romawi melawan gajah dari kubu musuh
Meski ampuh, bangsa Romawi tampaknya tidak begitu tertarik dengan penggunaan gajah dan memasoknya dalam jumlah kecil dari Numidia.
Sebagai taktik, tentara Romawi dengan licik melepaskan babi untuk mengganggu gajah Pyrrhus pada Pertempuran Maleventum pada 275 Sebelum Masehi.
Pada Pertempuran Zuma, jenderal Romawi Scipio Africanus mengizinkan 80 gajah Hannibal berlari melalui celah di barisan infanterinya. Ia kemudian menakuti gajah dengan drum dan terompet sehingga menimbulkan kekacauan.
Anehnya, meski kuat, orang Romawi juga tidak menggunakan gajah sebagai transportasi barang berat.
Kenyataannya, mungkin hanya segelintir pertempuran kuno yang menggunakan gajah. Di kemudian hari, penggunaan gajah pun berubah. Gajah menjadi tontonan di arena Romawi dan sirkus untuk hiburan publik. Prosesi publik pun menggunakan gajah untuk menambah kemeriahan.
Selama akhir Kekaisaran Romawi, gajah juga digunakan sebagai hadiah untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga.
Jadi meski merupakan senjata yang menakutkan dalam perang Yunani hingga Romawi, karena beberapa hal, gajah tidak terlalu efektif.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR