Nationalgeographic.co.id - Jarang sekali kita menemukan cerita menarik yang terkubur di bawah tanah yang telah tertimbun selama lebih dari 2.000 tahun. Namun temuan arkeolog di Bologna pada tahun 2018 mengundang perhatian dunia medis. Sudah meninggal, wanita dari Abad Pertengahan itu melahirkan dalam kubur.
Berdasarkan pemeriksaan arkeolog, kuburan tersebut berasal dari awal abad pertengahan, sekitar abad ke-7. Bukan hal yang luar biasa untuk menemukan kerangka yang terkubur dalam kondisi baik setelah 1.000 tahun. Akan tetapi yang aneh bagi para arkeolog adalah tulang-tulang kecil yang ditemukan di dalam kuburan. “Tulang-tulang itu memiliki ukuran bayi yang baru lahir,” tulis Andrei Tapalaga di laman History of Yesterday.
Bagaimana seorang wanita yang sudah meninggal bisa melahirkan?
Temuan ini menarik perhatian dunia bedah saraf dan para ahlinya. Tim ahli di World of Neurosurgery menganalisis kemungkinan seorang wanita yang meninggal untuk melahirkan dalam keadaan sedang terkubur. Tim yang terdiri dari Alba Pasini, Vanessa Smamantha Manzon, Xabier Gonzalez-Muro, dan Emanuela Gualdi-Russo mengeluarkan sebuah jurnal tentang penemuannya itu.
Menurut mereka, ini menggambarkan fenomena dari perspektif medis dan kemungkinan serta implikasi yang dapat menyebabkan peristiwa tersebut.
Wanita tersebut mungkin dimakamkan langsung di tanah tanpa peti mati atau sesuatu yang melindungi jenazah dari kotoran. Berdasarkan arsip sejarah medis, ini adalah kasus pertama bayi lahir di dalam kubur.
Seorang wanita hamil yang meninggal melahirkan bukanlah sesuatu yang luar biasa di dunia medis karena hal itu bisa terjadi. Tubuh wanita hamil diprogram secara biologis untuk menyelamatkan nyawa janin. Bahkan jika sang ibu telah meninggal, tubuh akan mendorong bayi keluar 48 hingga 72 jam setelah kematian ibu hamil. Nama medis untuk fenomena ini adalah "ekstrusi janin postmortem".
Peristiwa ini dikenal juga dengan sebutan “Coffin Birth”. Gas-gas di dalam tubuh ibu menumpuk setelah kematiannya. Agar gas itu bisa keluar, bayi pun dikeluarkan dari tubuh. Dilihat dari tulang-tulang janin, tampaknya bayi sudah hampir lahir di waktu yang tepat (mendekati 9 bulan). “Cukup sulit bagi para ahli untuk menyebutkan secara tepat usia janin tersebut,” tulis Pasini.
Penting juga untuk menyebutkan bagaimana tulang-tulang janin tersebar. Para peneliti menduga bahwa tulang digerakkan oleh serangga di dalam kubur. Serangga itu diperkirakan memakan daging yang membusuk.
Baca Juga: Membongkar Kuburan Abad Pertengahan di dekat Sungai Danube di Jerman
Baca Juga: Alasan Orang Abad Pertengahan Mudah Tersinggung dan Takut Rumor
Baca Juga: Misteri Tradisi Penggalian Makam-makam di Abad Pertengahan Eropa
Ginekolog Jen Gunter dari San Fransisco menjelaskan mengapa janin dilahirkan meski sang ibu sudah meninggal 10 hari sebelumnya. Teorinya adalah bahwa entah bagaimana rahimnya pecah, mendorong janin keluar.
Sekarang, sangat sulit untuk membuktikan apakah janin sudah mati setelah dilahirkan atau masih hidup. Seperti yang dikatakan para ahli, jika janin cukup berkembang (mendekati periode 9 bulan) ia memiliki kesempatan untuk bertahan hidup di dalam untuk waktu yang singkat bahkan jika ibu telah meninggal.
Meneliti tulang sang ibu
Aspek menarik lainnya adalah retakan pada tengkorak ibu hamil yang mewakili kemungkinan penyebab kematian. Berdasarkan usia wanita itu, sulit untuk menyebutkan apa yang bisa menjadi penyebab kematian. Namun dari perspektif medis yang lebih logis, para ahli memperkirakan penyebab kematiannya adalah trepanasi.
Trepanasi adalah pengobatan dari awal Abad Pertengahan yang digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala dan masalah lain di sekitar tengkorak. Caranya adalah dengan membuat lubang ke dalam tengkorak seseorang untuk mengurangi tekanan otak. Kemungkinan sang ibu mengalami eklamsia sehingga dokter di masa itu menganjurkan pengobatan dengan trepanasi.
Meski dalam dunia kedokteran kasus ini mungkin terjadi, temuan para arkeolog ini cukup unik.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR