Nationalgeographic.co.id - Tersembunyi di bawah perairan Teluk Meksiko, kawah Chicxulub menandai lokasi tumbukan asteroid yang menabrak planet Bumi 66 juta tahun yang lalu. Hasil paling penting dari peristiwa bencana ini adalah kepunahan massal kelima, yang memusnahkan sekitar 80% dari semua spesies hewan, termasuk dinosaurus.
Penabrak Chicxulub, seperti yang diketahui, adalah asteroid atau komet yang jatuh yang meninggalkan kawah di lepas pantai Meksiko dengan diameter 180 kilometer dan kedalaman 20 kilometer. Kawah Chicxulub yang dihasilkan ini diperkirakan telah menyebabkan "dampak musim dingin" selama beberapa dekade yang akhirnya membunuh dinosaurus.
Ternyata, peristiwa sejarah evolusi terbesar ini tidak hanya dialami oleh planet Bumi saja, melainkan satelit alaminya, yaitu Bulan.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin Curtin University telah menemukan dampak asteroid di Bulan jutaan tahun yang lalu. Peristiwa ini bertepatan persis dengan beberapa dampak meteorit terbesar di Bumi, seperti yang memusnahkan dinosaurus. Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Science Advances pada 28 September. Makalah tersebut diberi judul "Constraining the formation and transport of lunar impact glasses using the ages and chemical compositions of Chang’e-5 glass beads."
Studi ini juga menemukan bahwa peristiwa dampak besar di Bumi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, tetapi disertai dengan serangkaian dampak yang lebih kecil. Tentu saja ini menjelaskan dinamika asteroid di tata surya bagian dalam. Itu juga termasuk kemungkinan asteroid terikat Bumi yang berpotensi menghancurkan.
Tim peneliti internasional mempelajari manik-manik kaca mikroskopis berusia hingga dua miliar tahun yang ditemukan di tanah bulan. Manik-manik ini diperoleh berkat misi luar angkasa pengembalian sampel dari bulan. Ia dibawa kembali ke Bumi pada Desember 2020 sebagai bagian dari misi Chang'e-5 Lunar Badan Antariksa Nasional China. Panas dan tekanan dampak meteorit menciptakan manik-manik kaca sehingga distribusi usia mereka harusnya meniru dampak tersebut, mengungkapkan garis waktu pemboman terjadi.
Baca Juga: Harapan Perjalanan ke Bulan: Tanaman Bisa Tumbuh di Tanah Bulan
Baca Juga: Robot Penjelajah Tiongkok Selidiki 'Rumah Misteri' di Sisi Jauh Bulan
Baca Juga: Pertama Kalinya, Pendarat Chang'E 5 Deteksi in Situ Air di Bulan
Penulis utama Profesor Alexander Nemchin, dari Curtin University's Space Science and Technology Center (SSTC) di School of Earth and Planetary Sciences, mengatakan temuan itu menyiratkan bahwa waktu dan frekuensi tumbukan asteroid di Bulan mungkin telah tercermin di Bumi. Bahkan lebih lanjut tentang sejarah evolusi planet kita sendiri.
"Kami menggabungkan berbagai teknik analitik mikroskopis, pemodelan numerik, dan survei geologi untuk menentukan bagaimana manik-manik kaca mikroskopis dari Bulan ini terbentuk dan kapan," kata Profesor Nemchin.
"Kami menemukan bahwa beberapa kelompok usia manik-manik kaca bulan bertepatan persis dengan usia beberapa peristiwa kawah terestrial terbesar, termasuk kawah tumbukan Chicxulub yang bertanggung jawab atas peristiwa kepunahan dinosaurus,” tuturnya.
Nemchin juga menambahkan, "Studi ini juga menemukan bahwa peristiwa tumbukan besar di Bumi seperti kawah Chicxulub 66 juta tahun yang lalu dapat disertai dengan sejumlah dampak yang lebih kecil. Jika ini benar, ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi usia dampak di Bulan dapat memberikan informasi berharga tentang dampak pada Bumi atau tata surya bagian dalam."
Rekan penulis lektor kepala Katarina Miljkovic, juga dari SSTC Curtin, mengatakan studi komparatif di masa depan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang sejarah geologi Bulan.
"Langkah selanjutnya adalah membandingkan data yang diperoleh dari sampel Chang'e-5 ini dengan tanah bulan lainnya dan usia kawah untuk dapat mengungkap peristiwa dampak penting di seluruh Bulan yang pada gilirannya dapat mengungkapkan bukti baru tentang dampak apa yang mungkin memengaruhi kehidupan di Bumi," kata Miljkovic.
Kolaborasi internasional ini didukung oleh Dewan Riset Australia dan melibatkan peneliti dari Australia, Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, dan Swedia termasuk tim penulis Dr. Marc Norman dari Australian National University, Dr. Tao Long dari Beijing SHRIMP Center di Chinese Academy of Geological Sciences, serta Mahasiswa Ph.D. Yuqi Qian dari China University of Geosciences.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR