Kontak dengan gas air mata menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, mata, dan kulit. Rasa sakit terjadi karena bahan kimia dalam gas air mata mengikat salah satu dari dua reseptor rasa sakit. Reseptor itu disebut TRPA1 dan TRPV1.
TRPA1 adalah reseptor rasa sakit yang sama dengan minyak dalam mustard, wasabi, dan lobak pedas. Minyak tersebut memberi rasa yang kuat pada mustard, wasabi, dan lobak pedas. Gas CS dan CR lebih dari 10.000 kali lebih kuat daripada minyak yang ditemukan dalam sayuran ini.
Tingkat keparahan gejala yang alami setelah terpapar gas air mata dapat bergantung pada:
Kebanyakan orang pulih dari paparan gas air mata tanpa gejala yang signifikan. Sebuah studi 10 tahun yang dilakukan di University of California San Francisco meneliti 4.544 kasus semprotan merica. Para peneliti menemukan 1 dari 15 kemungkinan mengembangkan gejala parah setelah terpapar.
Efek gas air mata pada penglihatan
Setelah terpapar, mata akan terasa terbakar, buta sementara, kelopak mata tertutup, hingga pandangan kabur. Paparan jangka panjang berisiko menyebabkan kerusakan mata, seperti kebutaan, pendarahan, kerusakan saraf, katarak, dan erosi kornea.
Menghirup gas air mata dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Orang dengan kondisi pernapasan yang sudah ada sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala parah seperti gagal napas.
Anak-anak dan orang-orang dengan komplikasi pernapasan mungkin berada pada risiko tinggi terkena komplikasi ketika terkena gas air mata.
Efek gas air mata pada pernapasan dan gastrointestinal
“Setelah terpapar, gejala gangguan pernapasan dan gastrointestinal meliputi tersedak, rasa terbakar dan gatal di hidung serta tenggorokan,” ungkap Martinez. Mereka yang terkena gas air mata juga mengalami kesulitan bernapas, batuk, mengeluarkan air liur, dada sesak, diare, serta mual dan muntah.
Dalam kasus yang parah, paparan gas air mata konsentrasi tinggi atau di ruang tertutup dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kematian.
Efek gas air mata pada kulit dan gangguan kesehatan lainnya
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR