Nationalgeographic.co.id—Pandemi global virus corona telah memengaruhi hampir semua orang di seluruh dunia. Tampaknya, salah satu efeknya adalah banyak dari kita menjadi lebih murung di sepanjang jalan, seringkali sampai menjadi lebih neurotik dan kurang menyenangkan.
Menurut sebuah studi baru terhadap 7.109 orang berusia antara 18 dan 90 tahun. Adapun di antara orang-orang tua yang termasuk dalam penelitian, tidak ada perubahan yang signifikan secara statistik.
Hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa peristiwa stres kolektif tetapi lokal, seperti bencana alam, tidak mengubah sebagian besar ciri-ciri kepribadian. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan lingkungan global memang dapat mengubah kepribadian.
"Ada perubahan kepribadian yang terbatas di awal pandemi tetapi perubahan mencolok mulai tahun 2021," kata para penulis laporan penelitian tersebut. "Dari sebagian besar catatan, kepribadian orang-orang dewasa muda paling banyak berubah, dengan peningkatan nyata dalam neurotisisme dan penurunan keramahan dan kesadaran."
"Artinya, orang-orang dewasa yang lebih muda menjadi lebih murung dan lebih rentan terhadap stres, kurang kooperatif dan percaya, dan kurang terkendali dan bertanggung jawab."
Para peneliti menggunakan model sifat kepribadian Lima Besar –meliputi neurotisisme, ekstroversi, keterbukaan, keramahan, dan kesadaran– untuk menilai para peserta penelitian. Ekstroversi adalah salah satu sifat yang menurun secara keseluruhan.
Mempertimbangkan kuncitara atau lockdown yang melanda dunia, membatasi seberapa sering kita bisa keluar dan berinteraksi dengan orang lain secara langsung, mungkin tidak mengherankan bahwa kita menjadi kurang ekstrover. Ekstrover adalah suatu sifat yang terkait dengan sikap terbuka dan mendapatkan kesenangan dari bersosialisasi dengan orang lain.
Keterbukaan adalah karakteristik lain yang sekarang tampaknya kurang lazim setelah pandemi.
Baca Juga: Dunia Hewan: Tak Semua Satwa Liar Pulih selama Kuncitara COVID-19
Baca Juga: Selama Pandemi 48 Negara Pakai Aplikasi Pendidikan yang Tak Aman
Baca Juga: Kasus Kekerasan terhadap Perempuan Naik di Tahun Kedua Pandemi
Baca Juga: Mengapa Perempuan Lebih Menderita Secara Finansial Selama Pandemi?
Para peneliti melaporkan bahwa secara keseluruhan, perubahan kepribadian biasanya membutuhkan waktu beberapa tahun untuk terjadi.
"Perubahannya sekitar sepersepuluh dari standar deviasi, yang setara dengan sekitar satu dekade perubahan kepribadian normatif," tulis para peneliti dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal PLOS One, seperti dilansir Science Alert.
Menariknya, penurunan ekstroversi, keterbukaan, keramahan, dan kehati-hatian terjadi selama tahun 2021 dan 2022, tetapi tidak signifikan pada tahun 2020. Itu menunjukkan bahwa tekanan menjadi berbeda saat pandemi berkembang, atau bahwa kita memiliki reaksi yang tertunda terhadapnya.
Selain kelompok usia, ada perbedaan yang lebih mencolok pada populasi Hispanik dan Latin, baik dari segi waktu perubahan kepribadian dan tingkat penurunan ekstraversi, keterbukaan, dan kesadaran. Perubahan kepribadian pada dua populasi yang disebutkan itu terjadi lebih awal.
Seperti yang dicatat oleh para peneliti, ini menunjukkan bahwa tekanan pandemi tidak dibagikan secara merata. Ini menunjukkan bahwa beberapa bagian masyarakat lebih baik daripada yang lain dalam hal biaya finansial COVID dan betapa mudahnya risikonya dapat dihindari.
Pertanyaan berikutnya adalah seberapa permanen perubahan ini: apakah ini akan bertahan selama bertahun-tahun yang akan datang, atau apakah kepribadian kita dapat bangkit kembali seperti keadaan sebelumnya. Itu memiliki efek knock-on yang penting bagi kesehatan mental dan fisik kita.
"Kami belum tahu apakah perubahan ini bersifat sementara atau akan bertahan lama, tetapi jika terus berlanjut, mereka dapat memiliki implikasi jangka panjang," kata Angelina Sutin, ilmuwan perilaku dari Florida State University.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | Science Alert,PLOS ONE |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR