Nationalgeographic.co.id—Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1773, tardigrade telah menarik perhatian para ahli biologi karena kemampuannya bertahan dalam kondisi ekstrem. Sekarang, ahli biologi kembali mendeskripsikan dua spesies baru tardigrade yang ditemukan di gletser pegunungan Alpen Selatan Selandia Baru.
Selama ini, keanekaragaman dan ekologi tardigrade di lingkungan yang dingin kurang diketahui. Dua genera baru tardigrade ini benar-benar baru bagi dunia sains.
Deskripsi lengkap temuan ini telah dilaporkan secara daring di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dengan judul "Two New Tardigrade Genera from New Zealand’s Southern Alp Glaciers Display Morphological Stasis and Parallel Evolution."
Seperti diketahui, tardigrade (filum Tardigrada) adalah kelompok beragam invertebrata mikroskopis dengan delapan kaki dan ukuran tubuh berkisar antara 50-1.200 m (mikrometer).
Tardigrade juga dikenal sebagai beruang air atau anak babi lumut, makhluk ini dapat hidup hingga 60 tahun dan terkenal karena kemampuannya bertahan dalam kondisi ekstrem.
Mereka mampu bertahan hingga 30 tahun tanpa makanan atau air, selama beberapa menit pada suhu serendah minus 272 derajat Celcius (minus 457 derajat Fahrenheit) atau setinggi 150 derajat Celcius (302 derajat Fahrenheit), dan minus 20 derajat Celcius (minus 4 derajat Fahrenheit) selama beberapa dekade.
Mereka menahan tekanan dari hampir 0 atm di ruang angkasa hingga 1.200 atm di dasar Palung Mariana, dan juga tahan terhadap tingkat radiasi hingga 5.000-6.200 Gy. Kemampuan bertahan hidup itulah yang membuat tardigrade disebut "makhluk abadi" karena nyaris tidak dapat dimusnahkan.
Tardigrade menghuni berbagai lingkungan limno-terrestrial (tanah, lumut, lumut, alga) dan perairan (sedimen, tumbuhan), dari daerah kutub hingga tropis dan dari puncak pegunungan tinggi hingga lautan dalam.
Karena toleransi mereka terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, ukuran mikroskopis dan kemampuan penyebaran jarak jauh, mereka kosmopolitan dan menghuni lingkungan yang terpencil dan seringkali tidak bersahabat.
Meskipun tardigrade dipelajari dengan baik di seluruh dunia, keanekaragaman dan ekologi mereka di lingkungan yang dingin tetap kurang dipahami meskipun peran penting mereka dalam jaring trofik dan fungsi ekosistem.
Kekayaan spesies tardigrade di habitat glasial ekstrim relatif rendah dibandingkan dengan ekosistem sekitarnya. Kemungkinan karena tekanan seleksi yang kuat termasuk suhu rendah secara permanen, iradiasi tinggi, dan pembekuan berkala.
Yang penting, tardigrade gletser sebagian besar berbeda dari rekan-rekan limno-terestrial mereka, sebagaimana dibuktikan oleh DNA dan atau perbedaan fenotipik.
Source | : | Sci News,Molecular Phylogenetics and Evolution |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR