Mengembalikan dari kepunahan mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah. Dan sampai batas tertentu, memang demikian. Tidak ada cara untuk mengembalikan mamut berbulu seperti sepuluh ribu tahun yang lalu.
Baca Juga: Para Ilmuwan Ini Bisa Ciptakan Gen dan DNA Buatan, Apa Peluang Kita?
Baca Juga: Sterilisasi: Sistem Baru Ilmuwan untuk Menahan Populasi Nyamuk
Baca Juga: Bagaimana DNA Dapat Terawetkan Ribuan Tahun di Sedimen Arkeologi?
Namun, dengan menggunakan alat pengeditan DNA, para ilmuwan dapat memasukkan karakteristik tahan dingin ke dalam urutan DNA gajah modern, membuat mereka secara genetik mirip dengan mamut berbulu.
Makhluk yang dihasilkan tidak akan menjadi mamut, sebaliknya, itu akan menjadi hewan proksi yang lebih seperti gajah dengan karakteristik seperti mamut. Artinya, gajah modern tetapi mewakili sifat-sifat mamut berbulu.
Dasar dari proses ini adalah metode pengeditan gen yang disebut CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) alias "gunting" genetik yang dapat digunakan para ilmuwan untuk memotong, menempel, dan mengganti urutan gen tertentu ke dalam DNA organisme. Seperti diketahui, beberapa peneliti di belakang CRISPR memenangkan Hadiah Nobel Kimia pada tahun 2020.
Menurut posting blog In-Q-Tel, berinvestasi dalam proyek ini akan membantu pemerintah AS untuk "menetapkan etika, serta standar teknologi" untuk teknologi rekayasa genetika. Kemudian juga membuat AS selangkah lebih maju dari negara-negara pesaing yang mungkin juga tertarik untuk membaca, menulis, dan mengubah kode genetik.
Tidak semua orang begitu optimis menggunakan alat rekayasa genetika untuk menghidupkan kembali hewan yang punah.
Para kritikus telah memperingatkan bahwa, bahkan jika sebuah perusahaan mampu merekayasa mamut proksi yang sehat, habitat alami mamut tidak lagi ada.
"Dan, bahkan jika itu terjadi, kode genetik tidak dapat mengajari hewan bagaimana berkembang dalam ekosistem yang tidak dikenal," menurut Gizmodo.
Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa uang yang dihabiskan untuk proyek-proyek mengembalikan dari kepunahan bisa lebih jauh jika diterapkan pada konservasi hewan hidup.
Source | : | Gizmodo,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR