Nationalgeographic.co.id - Bagi kebanyakan orang, penjara adalah neraka yang nyata. Bangsa Romawi kuno dikenal memiliki banyak cara untuk melakukan eksekusi sadis. Memiliki reputasi buruk dengan eksekusi, bagaimana kehidupan para tahanan di zaman Romawi? Seperti apa rasanya menjadi tahanan Romawi?
Bagi sebagian besar dari tahanan Romawi, kurungan sering kali singkat. “Sebabnya, bahkan orang Romawi pun menganggap hukuman penjara seumur hidup tidak manusiawi,” ungkap Erich B. Anderson di lama Grunge.
Namun tidak semua beruntung. Bagi penjahat yang memiliki masa tahanan panjang, penjara Romawi itu mengerikan. Bentuknya mulai dari gua yang gelap hingga sel yang sangat sesak. Beberapa tahanan dilemparkan ke lubang bawah tanah yang hampir tanpa cahaya. Ini membuat penjara modern terlihat seperti kamar motel murah sebagai perbandingannya.
Penjara Romawi yang paling terkenal adalah penjara bawah tanah sekitar 3,6 meter ke bawah. Bisa jadi dari penjara ini asal-usul ungkapan “dilemparkan ke penjara” berasal.
Secara umum, hukuman penjara itu singkat. Bahkan sebagian besar orang kaya tidak menjalani hukuman di dalam penjara. Diberkati dengan prestise, orang kaya sering menghadapi tahanan rumah atau pengasingan alih-alih dipenjara. Orang miskin juga sering menghindari kurungan yang lama, tetapi biasanya karena mereka dijatuhi hukuman mati.
Tahanan biasa dikurung sementara sampai waktunya menjalani hukuman
Terutama dalam sejarah Romawi awal, penjara seperti di zaman modern itu tidak ada. Sebaliknya, para tahanan ditahan di sel sampai diadili atau waktunya menjalani hukuman. Eksekusi adalah hukuman umum, terutama untuk kelas bawah dan sering dilakukan dengan cara yang sangat brutal. Penjahat yang dihukum karena kejahatan yang tidak terlalu serius mungkin harus membayar denda sebagai hukuman. Sebagian juga bisa dipaksa untuk bekerja sebagai budak.
Kemudian di zaman kekaisaran, hukuman penjara menjadi lebih umum. Pada awalnya, hukuman penjara merupakan akibat yang tidak disengaja dari padatnya jadwal persidangan. Pejabat Romawi, ahli hukum, dan bahkan kaisar mengutuk pemenjaraan sebagai tindakan tidak manusiawi. Ahli hukum abad ketiga Ulpian menulis, “Penjara memang harus digunakan untuk mengurung manusia, bukan untuk menghukum mereka.”
Pada masa pemerintahan Hadrian, gubernur provinsi dilarang mengurung siapa pun seumur hidup, terlepas dari kejahatannya. Lebih lanjut, Kaisar Antoninus juga membenci gagasan pemenjaraan. Ia pernah berkata, “Pernyataan bahwa orang bebas dijatuhi hukuman penjara dengan rantai seumur hidup adalah luar biasa. Hukuman ini hampir tidak dapat dijatuhkan bahkan pada seorang budak.”
Hukuman barbar di zaman Romawi awal
Kode hukum Romawi tertulis pertama, yang dikenal sebagai Dua Belas Tabel, diterbitkan pada tahun 451 Sebelum Masehi. Ini mencantumkan beberapa pelanggaran serius dan konsekuensi keras bagi mereka yang dihukum.
Tahanan yang dihukum menghadapi segala macam hukuman mati yang mengerikan. Bahkan kadang-kadang sangat mirip dengan kejahatan yang telah dilakukan, seperti pembakaran bagi pelaku pembakaran.
Hukuman mengerikan lainnya termasuk pemenggalan kepala, digantung, dipukuli sampai mati, atau dilempar dari Tebing Tarpeian. Ada juga hukum khusus untuk Perawan Vesta, pendeta wanita dewi perapian Romawi, Vesta. Jika mereka tidak tetap suci, mereka menerima nasib mengerikan dikubur hidup-hidup.
Baca Juga: Ketidakadilan Kisah Medusa, Ketika Korban yang Menanggung Hukuman
Baca Juga: Poena Cullei, Hukuman Mati dengan Karung yang Mengerikan di Era Romawi
Sejauh ini, hukuman awal yang paling aneh dan paling menakutkan adalah culleus. Ini adalah hukuman kreatif yang mengerikan bagi para pembunuh kerabat dekat. Terpidana ditempatkan dalam karung dengan kera, anjing, dan ular. Karung itu kemudian disegel dan dibuang ke laut.
Tahanan rumah atau pengasingan sukarela untuk orang kaya
Sementara kondisi sering kali brutal bagi orang Romawi termiskin yang dihukum karena kejahatan, warga kaya jarang dipenjara. Mereka sering ditempatkan di bawah tahanan rumah saat menunggu persidangan.
Selain itu, pengasingan sukarela adalah pilihan yang tersedia bagi bangsawan terkemuka. Ini mungkin terdengar lebih menyenangkan dibandingkan eksekusi di Tebing Tarpeian. Namun pengasingan juga memiliki bahaya dan kesulitannya sendiri. Seorang kaya bisa kehilangan kewarganegaraan dan harta kekayaannya. Lebih buruk lagi, jika mereka membuat keputusan bodoh untuk kembali, setiap warga negara bebas untuk membunuh mereka di depan mata.
Pada abad pertama Masehi, dua jenis pengasingan utama bagi warga kelas atas ditetapkan, menurut Fergus Millar penulis Condemnation to Hard Labour in the Roman Empire, from the Julio-Claudians to Constantine.
Selama zaman republik, orang Romawi yang kaya dipaksa untuk menjauh dari tempat-tempat tertentu. Paling sering kota Roma dan sekitarnya. Kemudian bentuk pengasingan yang lebih baru dan lebih keras muncul. Deportatio memaksa warga untuk tinggal di lokasi tertentu yang tidak diinginkan. Itu adalah hukuman terburuk bagi orang kaya di awal zaman kekaisaran.
Penjara Mamertine
Penjara pertama Romawi juga merupakan penjara yang paling terkenal, dengan sejarah kuno yang membentang hingga raja keempat kota itu. Pada abad ketujuh Sebelum Masehi, Ancus Marcius memulai pembangunan struktur bawah tanah di kaki Bukit Capitoline dan di sebelah Forum Romanum. Situs itu awalnya adalah kolam untuk mata air di bawah lantai sebelum diubah menjadi sel penjara yang terkenal.
Penjara bawah tanah yang kecil dan mengerikan berfungsi sebagai ruang eksekusi. Ini juga menjadi tempat di mana para tahanan dikurung dan dibiarkan mati kelaparan.
Raja keenam, Servius Tullius, menutupi ruang bawah tanah kecuali lubang kecil untuk pintu masuk. Tindakannya itu membuat penjara semakin gelap dan menakutkan. Ruang yang hampir gelap gulita ini memiliki lebar 6,7 meter, panjang 9 meter, dengan dinding hanya setinggi 2 meter. Ruangan itu terletak lebih dari 3 meter di bawah tanah.
Pada abad ketiga Sebelum Masehi, penjara itu dikenal sebagai Tullianum. Sejarawan Romawi Sallust menggambarkan penjara bawah tanah sebagai “menjijikkan dan keji karena kotoran, kegelapan dan bau busuk.”
Baca Juga: Delapan Hukuman Paling Mengerikan yang Tercatat dalam Sejarah Manusia
Baca Juga: Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi
Pada akhir abad kedua Sebelum Masehi, sel trapesium yang jauh lebih mengerikan ditambahkan di atas Tullianum. “Fungsinya untuk memberi beberapa tahanan kondisi yang sedikit lebih baik selama kurungan, termasuk cahaya dari jendela kecil,” Anderson menambahkan.
Pada Abad Pertengahan, seluruh kompleks itu dikenal sebagai Penjara Mamertine, nama yang kemungkinan besar berasal dari kuil terdekat Mars Ultor.
Tahanan terkenal di Romawi
Banyak orang, baik warga negara maupun orang asing, mengalami kondisi mengerikan di Penjara Mamertine selama berabad-abad. Mereka termasuk beberapa orang terkenal yang menentang Romawi. Sebut saja Jugurtha, raja Numidia, yang mati kelaparan di Tullianum; Vercingetorix, pemimpin pemberontak Galia, yang melawan Caesar sebelum dia dieksekusi; Simon Bar Jioras, sang komandan, yang membela Yerusalem; dan martir Santo Paulus.
Banyak raja dan pemimpin asing yang ditangkap dan menghadapi penghinaan keji karena diarak melintasi kota. Setelah itu, mereka dibawa ke penjara bawah tanah.
Orang Romawi yang penting juga dipenjarakan di dalam Penjara Mamertine selama zaman Republik dan kekaisaran. Lentulus dan Catiline pada tahun 63 Sebelum Masehi serta prefek praetoria Kaisar Tiberius, Sejanus, pada tahun 31 Masehi pernah menghuni penjara itu. Mayat tahanan dari Tullianum dilemparkan melalui pintu besi ke saluran pembuangan utama Roma.
Penjara swasta yang dijalankan oleh penagih utang
Selain sel-sel rumah dan kurungan singkat sebelum dieksekusi, ada jenis penjara Romawi lainnya. Penjara itu dimiliki dan dioperasikan oleh kreditur swasta. Dikenal sebagai carcer privatus, penjara swasta ini digunakan untuk menahan warga yang gagal atau menolak untuk membayar utang mereka.
Debitur dapat dipenjara hingga 60 hari jika tidak mampu atau tidak mau melunasi hutangnya. Kemudian, setelah utang mereka diumumkan kepada publik dan situasinya tetap sama, mereka dijual sebagai budak di luar Roma atau dieksekusi.
Orang kaya mengambil keuntungan dari penjara pribadi ini selama abad pertama Sebelum Masehi. Saat itu Romawi disibukkan perang saudara dan ketidakstabilan. Orang kaya menargetkan petani miskin atau bahkan pendatang yang tidak bersalah. Sebagai gantinya, orang-orang malang itu dipaksa bekerja di tanah dan perkebunan mereka yang luas.
Uniknya, meski memiliki eksekusi sadis, sebagian orang Romawi menganggap penjara itu tidak manusiawi.
Source | : | Grunge |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR