Nationalgeographic.co.id - Saat menghadapi stres, acapkali kita mendapatkan saran untuk melakukan olahraga, menjalani hobi, atau meluangkan waktu untuk meditasi. Namun bagaimana dengan makanan yang kita konsumsi, adakah di antaranya yang mampu menangani stres?
Studi terbaru dilakukan oleh John Cryan bersama anggota APC Microbiome Ireland. Mereka mengungkap bahwa mengonsumsi makanan fermentasi dan serat selama empat minggu, ampuh menurunkan tingkat stres yang dirasakan. Studi ini terbit dalam Molecular Psychiatry.
Dewasa ini, banyak penelitian yang mengungkap bahwa diet sehat memiliki dampak besar pada kesehatan mental seseorang. Bahkan mampu mengurangi berbagai risiko penyakit mental.
Mekanisme yang mendasari efek diet pada kesehatan mental, masih belum dapat dipahami secara keseluruhan. Satu penjelasan mengatakan, bahwa hal ini dapat terjadi melalui hubungan otak dan mikrobioma kita (triliunan bakteri yang hidup di usus kita).
Dikenal dengan gut-brain axis, adalah interaksi antara otak dan usus kita. Hal ini memungkinkan fungsi tubuh yang penting seperti pencernaan dan nafsu makan terjadi. Artinya, bahwa pusat emosional dan kognitif di otak berkaitan erat dengan usus kita.
Dalam penelitian terdahulu, menjelaskan bahwa stres dan perilaku juga terkait dengan mikrobioma. Namun, sampai saat ini masih belum jelas, apakah mengubah pola makan dapat memiliki efek berbeda pula pada tingkat stres.
John Cryan beserta tim peneliti, mencoba menyelidikinya. Mereka melakukan pengujian terhadap 45 peserta dengan diet rendah serat. Mereka berusia 18 hingga 59 tahun, lebih dari setengahnya merupakan perempuan. Para peneliti telah memastikan bahwa peserta memiliki kondisi sehat.
Awal mulanya, para peserta dibagi menjadi dua kelompok yang dilakukan secara acak, untuk dapat melaksanakan diet selama empat minggu penelitian.
Sekitar setengah peserta diberikan diet yang dirancang oleh ahli gizi Dr. Kirsten Berding, yang akan meningkatkan jumlah makanan prebiotik dan fermentasi yang akan peserta konsumsi. Ini dikenal dengan diet “psikobiotik”.
Secara satu per satu, kelompok ini diberikan edukasi oleh ahli gizi pada awal dan pertengahan penelitian. Mereka diharuskan mengonsumsi 6-8 porsi buah serta sayuran yang tinggi akan prebiotik (seperti bawang, daun bawang, kubis apel, pisang, dan gandum), 5-8 porsi biji-bijian, 3-4 porsi kacang-kacangan, dan 2-3 porsi makanan fermentasi (asinan kubis, kefir, dan kombucha). Hal tersebut dilakukan setiap hari.
Menariknya, dari mereka yang mengikuti diet psikobiotik, melaporkan bahwa tingkat stres yang dirasakan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet kontrol.
Baca Juga: Makanan Ultra Proses dan RIsiko Tinggi Kanker Kolorektal Pada Pria
Baca Juga: Walau Ada Berbagai Sayuran dalam Burger, Mengapa Tidak Sehat?
Baca Juga: Sedang Kesal atau Sedih? Konsumsi Makanan Peningkat Mood Berikut
Peneliti mengamati perubahan signifikan dalam tingkat bahan kimia tertentu yang diproduksi oleh mikroba usus. Beberapa bahan kimia ini berkaitan dengan kesehatan mental, yang berpotensi menjelaskan mengapa peserta diet merasa tingkat stresnya menurun.
Peneliti mengeklaim bahwa jenis diet ini dapat membantu melindungi kesehatan mental dalam jangka panjang, karena menargetkan mikroba di usus. Mereka juga mengakui bahwa penelitian ini tidak luput dari keterbatasan, seperti jumlah responden yang minim, durasi penelitian yang singkat, dan rentan terhadap kesalahan serta bias, terutama saat memperkirakan asupan makanan.
Penelitian ini telah menunjukan bukti menarik, bahwa cara efektif untuk mengurangi stres mungkin melalui diet. Peneliti menegaskan, akan menjadi lebih menarik apabila nantinya hasil penelitian ini dapat direplikasi pada orang yang menderita gangguan terkait stres, seperti kecemasan dan depresi.
Jadi mungkin lain kali bila Anda merasa sangat stres, Anda perlu berpikir ulang tentang apa yang akan direncanakan untuk makan siang atau makan malam.
Source | : | Medicalxpress.com |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR