Di daerah lain, para peneliti menggunakan telur yang mengandung bahan yang tidak disukai yang menyebabkan mual dengan tujuan mengkondisikan pemangsa untuk percaya bahwa telur burung tidak dapat dimakan. Para peneliti juga menggunakan lokasi kontrol yang mereka kunjungi sesering lokasi perawatan untuk mengendalikan potensi efek gangguan.
Studi menunjukkan bahwa terutama kamuflase kimia menurunkan predasi sarang unggas air buatan oleh rubah merah, tetapi efek serupa tidak diamati dengan anjing rakun, spesies invasif berbahaya lainnya di Finlandia.
"Rubah merah mungkin lebih mengandalkan indra penciumannya untuk menemukan sarang burung, sementara anjing rakun mungkin menemukan sarang secara kebetulan ketika mereka bergerak di daerah itu," kata Peneliti Senior Vesa Selonen dari Universitas Turku, Finlandia.
Hasilnya serupa tetapi kurang jelas dengan telur yang mengandung bahan yang tidak disukai.
“Namun demikian, hasil kami menarik karena menunjukkan bahwa metode ini dapat mengurangi predasi sarang spesies unggas air yang rentan dan terancam punah. Selanjutnya, perlu dipelajari apakah hasil yang kami amati dengan sarang buatan juga dapat mengarah pada pelestarian sarang burung asli dan melaluinya ke sejumlah besar burung muda," kata Profesor Ekologi, Toni Laaksonen dari Universitas Turku.
Studi ini dilakukan sebagai kolaborasi antara peneliti di Universitas Turku (Finlandia), Sydney (Australia) dan Córdoba (Spanyol). Penelitian ini merupakan bagian dari proyek SOTKA Kementerian Pertanian dan Kehutanan Finlandia.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR