Nationalgeographic.co.id - Dewa Krishna adalah salah satu Dewa paling populer dalam agama Hindu. Krishna dianggap sebagai dewa tertinggi, dipuja di banyak tradisi Hinduisme dalam berbagai perspektif yang berbeda. Krishna diakui sebagai inkarnasi kedelapan (avatar) Dewa Wisnu, dan satu dan sama dengan Dewa Wisnu, salah satu trimurti dan sebagai dewa tertinggi dalam dirinya sendiri.
Dunia telah menggambarkan Dewa Kresna atau Krishna sebagai 'anak' yang mencuri mentega dan seorang pemuda menawan yang memegang seruling, dengan bulu merak di kepalanya. Dalam semua penggambaran ini, ada satu hubungan yang sama yaitu kulit yang berwarna biru. Pertanyaan mengapa kulitnya berwarna biru?
Legenda mengatakan bahwa Dewa Krishna telah meminum susu beracun yang diberikan oleh setan ketika dia masih bayi dan itu menyebabkan kebiruan di kulitnya.
Teori yang sama dilontarkan untuk menjelaskan tenggorokan biru (neelkanth) Dewa Siwa, yang diyakini telah meminum racun untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran pada masa Samudra Manthan.
Interpretasi agama dari warna biru
Secara etimologis, kata Sansekerta Krishna berarti hitam atau gelap. Kadang-kadang, itu juga diterjemahkan sebagai semua menarik. Menurut Veda, Dewa Krishna adalah dewa Dravida yang berkulit gelap. Bahkan dalam patta chitras (seni kain) tradisional di Odisha, Dewa Krishna dan Wisnu selalu ditampilkan berkulit hitam. Lalu mengapa Sri Krishna secara universal digambarkan sebagai seseorang dengan kulit biru?
Agama Hindu percaya pada simbolisme dan warna biru adalah simbol yang tak terbatas dan tak terukur. Menurut Swami Chinmayananda, pemimpin spiritual agama Hindu, apa pun yang tak terukur dapat tampak oleh mata manusia hanya sebagai biru, seperti langit musim panas yang tak berawan tampak biru di mata fisik. Karena Tuhan Krishna berada di luar persepsi kita, tampaknya tepat untuk mengaitkan warna ini dengannya.
Biru adalah warna aura
Ada yang berpendapat bahwa semburat kebiruan pada kulit Sri Kresna bukanlah warna tubuh material melainkan tubuh spiritual abadi Tuhan yang memancarkan aura biru. Bentuk kebahagiaan Dewa Krishna hanya dapat dilihat oleh para penyembah murni. Dia mungkin telah membingungkan orang-orang yang bukan penyembah, tetapi mereka yang mempersembahkan bhakti murni kepada-Nya selalu melihat Dia dalam wujud birunya yang penuh kebahagiaan.
Ilmu kulit biru
Namun dalam kehidupan nyata, bisakah orang benar-benar memiliki warna kulit itu? Sementara James Cameron, dalam filmnya Avatar, menunjukkan Na'vi memiliki kulit biru untuk menyiratkan keberbedaan, tidak ada yang asing dengan dilahirkan dengan kulit biru.
Baca Juga: Mengenal Kisah Naga Sadhu, Petapa Suci dan Sakti Pengikut Dewa Siwa
Baca Juga: Manusia-Manusia Berkulit Biru yang Terisolasi Akibat Diskriminasi
Baca Juga: Naskah Wangsakerta: Kisah Terdetail Tentang Asal-usul Nusantara?
Kulit kebiruan adalah akibat dari methemoglobinemia—suatu kondisi di mana hemoglobin, molekul dalam sel darah merah yang mendistribusikan oksigen ke tubuh, tidak mampu melepaskan oksigen secara efektif ke jaringan tubuh. Karena darah tidak mendapatkan oksigen, itu membuat kulit terlihat biru, bibir ungu, dan darah berwarna cokelat.
Sebagian besar dari kita memiliki kurang dari 1 persen methemoglobin. Kulit mendapat semburat kebiruan ketika tingkat itu naik menjadi 10-20 persen.
Keluarga Fugate terkenal di Kentucky
Enam generasi keluarga Fugate, yang tinggal di perbukitan Kentucky dari tahun 1800-an hingga 1960, memiliki kulit biru. Garis keturunan biru dimulai pada awal 1800-an ketika Martin Fugate, seorang yatim piatu Prancis, menetap di tepi Sungai Troublesome. Dia menikah dengan seorang wanita Amerika berambut merah yang memiliki kulit sangat pucat. Kimia genetik mereka menghasilkan mutasi dan keduanya tanpa sadar membawa gen resesif yang mengakibatkan keturunan mereka dilahirkan dengan kulit biru.
Karena perkawinan campuran, generasi berikutnya juga lahir dengan kelainan langka ini. Namun, sebagian besar anggota keluarga hidup sampai usia 80-an dan 90-an tanpa masalah kesehatan yang signifikan.
Methemoglobinemia dapat diturunkan melalui keluarga atau dapat disebabkan oleh paparan obat-obatan dan bahan kimia tertentu. Toksisitas uranium karena air yang terkontaminasi juga diyakini berpotensi menyebabkan 'sindrom bayi biru'. Penggunaan pupuk kimia secara sembarangan di desa Punjab mengalami lonjakan sindrom bayi biru pada tahun 2009. Kasus sindrom bayi biru dilaporkan terjadi di desa-desa di Rumania dan Bulgaria yang menghadapi masalah sanitasi dan kadar nitrat yang tinggi di air tanah. Mudah-mudahan, Dewa Krishna tidak menjadi korban pencemaran air tanah.
Source | : | Britanica |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR