Baca Juga: Iklim di Amerika Utara Dulu Sehangat Bali dan Bisa seperti Itu Lagi
Walaupun "sangat tidak memadai" masih ada harapan untuk menjaga pemanasan di masa depan untuk tetap persepuluh derajat dari sekarang. "Kemungkinan besar kita akan melewati 1,5 (derajat celsius)," kata Direktur Eksekutif UNIEP Inger Andersen di The Associated Press. "Kita masih bisa melakukannya, tetapi itu berarti pengurangan emisi 45 persen pada 2030."
"Kita meluncur dari krisis iklim ke bencana iklim," kata Andersen dalam konferensi pers Kamis 27 Oktober 2022.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa masih ada solusi. "Terlepas dari tantangannya, ada bukti jelas bahwa tindakan segera masih bisa menyelamatkan nyawa jutaan orang, dengan pergeseran cepat ke energi bersih dan efisiensi energi," tulis laporan tersebut.
Namun, ilmuwan iklim Rob Jackson dari Stanford University punya pendapat lain. Dia memimpin Global Carbon Project dalam kajian independen untuk melacak karbon dioksida seluruh dunia, dan di luar laporan PBB.
"Satu dekade lagi emisi fosil pada tingkat saat ini dan kita akan lewati 1,5 derajat celsius," kata Jackson pada Phys. "Segalanya berjalan meskipun kita akan melewati 1,5 derajat celsius, melewati 2 derajat celsius dan—ya ampun—bahkan 2,5 atau 3 derajat celsius."
Memang, jelas Jackson, energi terbarukan sedang ramai dan lebih murah dari sebelumnya. Akan tetapi, rencana stimulus dari pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina malah mengganggu pasar energi global. Akibatnya, beberapa negara terpaksa kembali menggunakan batu bara dan bahan bakar lainnya. "Ini tidak dapat berlanjut dalam iklim yang aman," tuturnya.
Tahun 2022 ini, negara-negara mengamati perkembangan G20 yang diadakan di Indonesia. Negara-negara itu menghasilkan sekitar 75 persen emisi rumah kaca. Guterres menyatakan, pertemuan itu harus meningkatkan upaya memangkas emisi dan memimpin dengan berinvestasi lebih banyak dalam energi terbarukan.
"Kesehatan manusia, mata pencaharian, anggaran rumah tangga, dan ekonomi nasional sedang terpukul, karena kecanduan bahan bakar fosil lepas kendali," terang Guterres. Ada beberapa negara yang membuat kebijakan untuk transisi energi dan memotong karbon, tetapi belum begitu optimal.
"Apa yang kita minta adalah kecepatan dan dipercepat karena ada hal-hal baik yang terjadi di sejumlah negara, tetapi itu tidak cukup cepat dan tidak cukup konsisten," lanjut Guterres.
Source | : | phys.org,The Associated Press,BBC |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR