Nationalgeographic.co.id - Karena bentang geografisnya yang unik, Asia Tenggara patut dijelajahi untuk olahraga ekstrem luar ruangan. Anda bisa melihat di beberapa negara, termasuk Indonesia, memiliki keunikan bentang alam itu. Misalnya, tebing karst di Vietnam dan Sulawesi Selatan, Indonesia.
Selain itu, kondisi iklimnya yang tropis menjadi tantangan yang berbeda. Tengoklah pada banyaknya tempat di sekitar Asia Tenggara yang memiliki ombak besar, sehingga menantang untuk berselancar di beberapa.
Tak cukup rasanya untuk sehari dua hari untuk mencoba semuanya. Anda perlu membuat rencana yang matang untuk mengunjungi dan mencobanya satu-satu, salah satunya lewat ekspedisi.
Pegiat aktivitas luar ruangan senior Galih Donikara punya timnya sendiri untuk berekspedisi. Dia menjadi koordinator untuk timnya dalam ekspedisi besar yang akan dilakukan 2023 ke lima negara di Asia Tenggara.
Namun, sebelum melakukan tantangan itu, mereka berlatih dalam lima tim untuk beraktivitas di Indonesia. Masing-masing tim akan dikirim ke beberapa tempat aktivitas luar ruangan ekstrem untuk mempersiapkan diri.
Galih adalah manajer Eiger Adventure Service Team (EAST). Sebelumnya Eiger Adventure, sebagai merek perlengkapan kegiatan luar ruangan, telah beberapa kali melakukan ekspedisi seperti Ekspedisi Black Borneo pada 2016 dan Ekspedisi 28 Gunung pada 2017. Setiap tim yang akan berangkat terdiri dari gabungan tim ahli, komunitas, dan brand ambassador Eiger.
Tahun ini, bertepatan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober, dia akan mengadakan ekspedisi kecil bertajuk "Light Expedition: Road To Southeast Asia Action". "Harapannya, para ekspeditor mendapatkan pembelajaran dan pengalaman sebelum menghadapi tantangan yang lebih sulit," tutur Galih dalam siaran pers 30 Oktober 2022.
Baca Juga: Pelajaran Perjalanan: Semangat Mencintai Alam dari Gunungkidul
Baca Juga: Inilah Alasan Sains Mengapa Banyak Orang Bahagia dan Suka Bepergian
Baca Juga: Menelisik Lewat Sains Rupa Kepulauan Asia Tenggara di Masa Purba
Baca Juga: Berasal dari Asia Tenggara, Sejak Kapan Manusia Menanam Pisang?
Beberapa tempat yang akan dituju seperti pemanjatan tebing di Tebing Mandu dan Ala Tontonan, Enrekang, Sulawesi Selatan. Kemudian tim dengan aktivitas lain bersepeda di Lintas Palopo dan Makassar, Sulawesi Selatan. Di Maluku, tim lain akan melakukan ekspedisi pendakian di kawasan Gunung Kapalatmada.
Tidak hanya itu, ada pula ekspedisi berkayak di Pulau Harapan dan sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta. Tim lainnya yang terakhir akan berkendara motor jarak jauh di Lintas Surabaya, Lombok, dan Bandung.
“Lima kawasan terpilih pada 'Light Expedition: Road To Southeast Asia Action' memiliki kesamaan dengan medan dan tantangan yang akan dihadapi ekspeditor di lima negara pada ekspedisi besar di tahun 2023," tambah Galih.
Selain itu, karena medan yang cukup terjal dan lingkungan tropis, hal ini menjadi cara bagi Eiger untuk menguji produk mereka. Beberapa perlengkapan yang dipakai anggota tim berupa produk yang sudah diluncurkan, sehingga dikaji untuk pengembangan dan pembaruan.
Ada pula beberapa produk yang rencananya akan dikeluarkan. Dalam konferensi ini, Eiger juga memperkenalkan koleksi terbarunya EIGER 1989 X Taman Nasional Collection. Koleksi ini merupakan kolaborasi yang terinspirasi dari ragam keunikan dan keindahan flora dan fauna di 54 Taman Nasional di Indonesia.
“Ekspedisi ini merupakan hal baru bagi saya, tim, maupun Eiger sendiri. Ekspedisi secara terpisah mungkin sudah pernah dilakukan. Namun, lima kegiatan dan lima tim ini bergerak bersama-sama ke lima kawasan yang berbeda-beda," kata Ramon Y. Tungka, yang juga akan ikut ekspedisi ini.
"Semoga kegiatan ini bisa menjadi inspirasi banyak pemuda-pemudi untuk melakukan eksplorasi dan mengenali kekayaan Indonesia," tambahnya.
Selain Galih dan Ramon Y. Tungka, hadir pula perwakilan tim dari masing-masing kegiatan. Yaitu Djukardi “Bongkeng” Adriana dan Iwan “Kwecheng” Irawan, untuk pendakian marathon. Lalu ada Mamay S Salim dan Ronald Mamarimbing, sebagai pemanjatan tebing. Pada olahraga sepeda jarak jauh Heri “Jaro” Herdiana dan Paimo, dan kayak oleh Rudy Firdaus.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR