Nationalgeographic.co.id—Reruntuhan distrik bisnis dan gastronomi (tata boga) berusia 1.400 tahun telah ditemukan para arkeolog dari Austrian Academy of Sciences di Efesus, sebuah kota kuno di Turki modern. Reruntuhan tersebut juga merupakan pusat kuliner pada zamannya.
Seperti diketahui, efesus adalah kota pelabuhan kuno yang reruntuhannya terpelihara dengan baik sekitar 3 km barat daya Selçuk saat ini di Provinsi zmir, Turki.
Kota ini dibangun pada abad ke-10 SM oleh penjajah Yunani Attic dan Ionia. Ibu kota provinsi ini adalah Izmir atau juga disebut sebagai Smyrna dalam bahasa Yunani.
Kota tersebut juga pernah dianggap sebagai kota Yunani yang paling penting dan pusat perdagangan paling penting di wilayah Mediterania. Efesus mengubah lokasinya beberapa kali dalam perjalanan sejarahnya yang panjang sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan masyarakat pada saat itu.
Reruntuhan distrik bisnis dan gastronomi yang baru ditemukan ini berasal dari periode Bizantium atau Romawi Timur dan kemungkinan dihancurkan sekitar tahun 614-615 M.
"Semua barang-barang rumah tangga di kamar disegel oleh lapisan tebal yang terbakar dan dengan demikian diawetkan untuk anak cucu, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan potret unik kehidupan kuno hari ini," kata Sabine Ladstätter, direktur Institut Arkeologi Austria di Austrian Academy of Sciences seperti dilansir dari Sci-News.
Menurut Ladstätter, karena hal itulah, membuat temuan itu sebanding dengan situs arkeologi Pompeii.
Distrik Bizantium terletak di Alun-alun Domitianus, tempat umum terkemuka yang berbatasan langsung dengan Agora Atas, pusat politik Efesus selama periode Romawi.
"Bahwa kompleks alun-alun Romawi yang awalnya besar dibangun oleh toko-toko dan bengkel di Zaman Kuno Akhir sudah diperkirakan," kata Ladstätter.
"Apa yang benar-benar tidak terduga, bagaimanapun, adalah keadaan pelestarian serta waktu penghancuran yang tepat dan implikasi bagi sejarah perkotaan yang dapat diturunkan darinya."
Para arkeolog menemukan beberapa tempat bisnis, termasuk toko masak, gudang, taberna, toko lampu dan suvenir peziarah Kristen, dan bengkel dengan ruang penjualan khusus.
"Temuan unik adalah penemuan sekitar 600 botol peziarah kecil yang dijual kepada peziarah Kristen di sini dan bisa dikenakan di leher," kata mereka.
Ia menjelaskan, pecahan pecah belah yang tak terhitung jumlahnya ditemukan, berjumlah ribuan, termasuk mangkuk utuh dengan sisa-sisa makanan laut seperti kerang atau tiram, serta amphorae yang diisi dengan makarel asin.
"Juga ditemukan batu dari buah persik, almond, dan zaitun, tetapi juga kacang polong dan kacang-kacangan yang hangus," kata Ladstätter.
"Yang sangat spektakuler adalah empat koin emas (solidi) yang dimiliki bersama dan beberapa bisnis dengan lebih dari 700 koin tembaga."
Baca Juga: Orang Romawi Dicap Gemar Mengadakan Pesta Pora nan Liar, Ini Faktanya
Baca Juga: Fakta Commudus, Kaisar Romawi yang Menganggap Dirinya Titisan Hercules
Baca Juga: Dari Jerawat sampai Jenggot, Kiat Kaisar Romawi Menjaga Kebersihan
Ladstätter mengatakan, temuan arkeologis menunjukkan kepada kita kehancuran oleh api besar yang pasti tiba-tiba, dramatis dan penting.
"Tidak mungkin lagi menentukan hari penghancuran yang tepat, tetapi evaluasi buah yang ditemukan setidaknya akan memperjelas musim," Ladstätter menjelaskan.
"Apakah itu gempa bumi? Tidak ada indikasi itu. Dindingnya juga tidak bergeser, lantainya juga tidak naik. Tidak ada sisa-sisa manusia yang ditemukan juga."
Namun, lanjutnya, beberapa mata panah dan ujung tombak digali, menunjukkan bahwa di lokasi tersebut pernah ada konflik militer.
"Sudah sepatutnya koin yang berasal dari waktu yang sama juga ditemukan di Sardis, sekitar 100 km dari Efesus, membuktikan kehancuran di kota Turki ini," kata Ladstätter.
"Ini sebelumnya dikaitkan dengan invasi ke Asia Kecil bagian barat oleh Sasaniyah Persia, tetapi sejauh ini masih diperdebatkan dalam penelitian."
Source | : | Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR