Nationalgeographic.co.id — Para arkeolog melaporkan telah menemukan sisir gading kecil berusia lebih dari 3.700 tahun. Sisis tersebut bertuliskan keinginan orang-orang Kanaan untuk membasmi kutu.
Penemuan tersebut telah dijelaskan dalam sebuah makalah di Jerusalem Journal of Archaeology. Jurnal akses terbuka tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "A Canaanite’s Wish to Eradicate Lice on an Inscribed Ivory Comb from Lachish."
"Sebuah prasasti dalam aksara Kanaan awal dari Lakhis, diukir pada sisir gading, disajikan. 17 huruf, dalam gaya piktografik awal, membentuk tujuh kata yang mengungkapkan permohonan melawan kutu," tulis peneliti.
Para arkeolog menemukan sisir gading kecil tersebut di Tel Lachish, sebuah negara kota utama Kanaan pada milenium ke-2 SM. Tel Lachish adalah kota terpenting kedua di Kerajaan Yudea setelah Yerusalem pada Zaman Besi, dan sebuah kota besar di era Persia dan Helenistik Awal.
Pada sisir gading tersebut terdapat prasasti dalam aksara Kanaan awal. Tulisan di sisir tersebut mengungkapkan keinginan bahwa sisir akan membasmi kutu dari rambut dan janggut pemilik sisir.
Sisir gading bertulis dari Tel Lachish relatif kecil, berukuran kira-kira 3,5 kali 2,5 cm (1,4 kali 1 inci). Sisir memiliki gigi di kedua sisinya. Meskipun dasarnya masih terlihat, gigi itu sendiri sudah patah pada zaman kuno.
"Bagian tengah sisir agak terkikis, mungkin karena tekanan jari yang memegang sisir selama perawatan rambut atau menghilangkan kutu dari kepala atau janggut," kata Profesor Yosef Garfinkel dari Hebrew University of Jerusalem dan rekannya.
"Sisi-sisir dengan enam gigi tebal digunakan untuk mengurai simpul di rambut, sedangkan sisi lain, dengan 14 gigi halus, digunakan untuk menghilangkan kutu dan telurnya, seperti sisir kutu dua sisi yang dijual saat ini di toko-toko.”
Prasasti atau tulisan kuno pada sisir berisi 17 huruf kecil dengan lebar bervariasi dari 1 hingga 3 mm, terukir pada permukaan artefak yang tidak sepenuhnya mulus.
Sebagian besar huruf bertahan sampai taraf tertentu, kecuali huruf ke 13, yang rusak total, dan huruf ke 14, yang hanya tersisa beberapa bagian.
Source | : | Sci-News,Jerusalem Journal of Archaeology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR