Nationalgeographic.co.id—Sekelompok ilmuwan internasional, termasuk tiga peneliti Indonesia yang terlibat di dalamnya, berusaha memecahkan teka-teki pergerakan dan penyebaran Homo erectus Jawa di Asia Tenggara. Bagi para peneliti, migrasi Homo erectus di Asia Tenggara selama Pleistosen Awal merupakan inti dari pemahaman tentang evolusi genus Homo.
Sayangnya, keterbatasan berupa kondisi lingkungan fisik yang berubah dengan cepat dan penanggalan kontroversial dari situs pembawa hominin itu membuat para peneliti sulit untuk mengamankan garis waktu yang kuat yang diperlukan untuk mengungkap perilaku manusia purba tersebut.
"Di sini, kami menilai kembali fakta kemunculan pertama H. erectus Jawa dengan menambahkan batasan usia yang paling dapat diandalkan berdasarkan nuklida kosmogenik 10Be [Beryllium-10] dan 26Al [Aluminium-26] yang terbentuk in situ ke kompilasi perkiraan sebelumnya," tulis para peneliti dalam makalah studi baru mereka yang terbit di jurnal Scientific Reports pada November 2022.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa H. erectus mencapai Jawa dan tinggal di Sangiran, Jawa, sejak sekitar 1,8 juta tahun lalu.
"Menggunakan usia ini sebagai dasar, kami mengembangkan pendekatan probabilistik untuk merekonstruksi rute penyebarannya, menggabungkan simulasi gerakan ekologis dengan model evolusi lanskap yang dibuat oleh sejarah geodinamik dan iklim yang direkonstruksi," papar mereka.
"Kami menunjukkan bahwa kondisi daratan Sundaland yang ramah memfasilitasi penyebaran hominin sebelumnya ke tepi Jawa, di mana mereka tidak dapat menetap sampai kepulauan Jawa muncul dari laut dan terhubung ke Sundaland."
Dalam studi ini para peneliti berusaha menjawab teka-teki kapan dan bagaimana Homo erectus menyebar di Asia Tenggara. "Di sini, kami bersama-sama memecahkan kedua bagian pertanyaan itu: pertama, kami menilai kembali usia di mana H. erectus menjajah wilayah tersebut dan kedua, kami mengevaluasi jalur migrasi mereka menggunakan teknik pemodelan paleo-lingkungan dan ekologi."
Di lanskap Jawa dan Sundaland yang sangat dinamis, yang terus-menerus terbentuk kembali oleh aksi gabungan geodinamika dan iklim selama perioder Kuarter, pengetahuan yang tepat tentang kerangka kronologis diperlukan untuk merekonstruksi lingkungan fisik.
"Oleh karena itu, kami secara langsung menentukan waktu kedatangan paling awal H. erectus di Jawa, yang menentukan garis dasar yang kemudian kami gunakan untuk menilai fisiografi masa lalu dan rute penyebaran dari daratan Asia ke Jawa," kata para peneliti.
"Kami menentukan waktu episode paling awal dari kontinentalisasi Kubah Sangiran di Pulau Jawa, yang dijajah oleh hominin tak lama setelahnya," tulis para penelti.
Formasi Puren membentuk lapisan paling awal area Kubah Sangiran. Lalu ini dilapisi oleh formasi Sangiran lokasi fauna terestrial paling awal ditemukan di unit Lahar Bawah.
Fosil hominin muncul di bagian paling atas dari formasi Sangiran teman lingkungan laut dangkal secara bertahap memberikan ruang untuk pengaturan yang lebih terestrial. Batuan konglomerat dari lapisan Grenzbank, di dasar formasi formasi Bapang, menandai awal dari kondisi yang lebih permanen dan ramah.
Source | : | Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR