Formasi Bapang di atasnya, didominasi fluviatil, menampung sebagian besar temuan H. erectus sampai lapisan Tuf Atas. Hal ini secara tidak selaras ditindih oleh lapisan Pohjajar, dan akhirnya oleh alluvium baru-baru ini dari Sungai Solo. Sampai saat ini, tidak ada fosil hominin yang ditemukan dari formasi paling atas ini.
"Setelah pengendapannya, formasi Bapang dan Pohjajar telah terkikis selama deformasi Kubah Sangiran, memperlihatkan formasi yang mengandung fosil yang lebih dalam. Untuk mengevaluasi kronologi peristiwa secara paling komprehensif, kami memanfaatkan usia yang tersedia untuk seluruh rangkaian stratigrafi yang kami lengkapi dengan penanggalan TCN dari lapisan Grenzbank yang kritis," papar para peneliti.
Berdasarakan hasil penanggalan Terrestrial Cosmogenic Nuclide (TCN) ini, para peneliti kemudian menentukan bahwa Homo erectus tiba dan menghuni Pulau Jawa, tepatnya di Sangiran, sekitar 1,8 juta tahun lalu. Manusia purba ini mendatangi dan menghuni Jawa ketika pulau itu terhubungan dengan Sundaland.
Sundaland adalah daratan luas yang wilayahnya mencakup Asia Tenggara. Ini adalah daratan luas yang dulu menghubungkan Kepulauan Melayu seperti Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Ada sebuah teori kontroversial terkait Sundaland yang diusulkan oleh Stephen Oppenheimer, ahli genetika lulusan Balliol College, Oxford. Dalam teori "Out of Sundaland", ia berpendapat bahwa Kawasan Sunda (Sundaland) adalah benua cikal bakal migrasi manusia.
Terlepas dari teori Oppenheimer tersebut, para peneliti dalam studi baru ini mencoba membuat asesmen probabilistik dari serangkaian besar simulasi (3.000 realisasi dengan masing-masing 5 juta iterasi). Dengan mengevaluasi jarak dan waktu perjalanan, dan kemungkinan tentang keberadaan hominin di lokasi tertentu di wilayah tersebut, mereka merumuskan jalur pergerakan dan penyebaran Homo erectus di Asia Tenggara.
Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa
Baca Juga: Sebuah Kisah dari Homo Erectus, Nenek Moyang Manusia yang Misterius
Baca Juga: Peneliti Sebut Homo Erectus Adalah Manusia Purba yang Pemalas
"Kami kemudian menentukan tiga titik masuk, sesuai dengan rute barat, tengah dan timur, di tempat-tempat dengan resistensi rendah terhadap perpindahan (daerah riparian dengan kompleksitas topografi rendah)," tulis para peneliti.
Pertama, rute barat. Manusia purba ini keluar Afrika melalui koridor Levantine, lalu jejak jalurnya dapat ditemukan di Riwat, Pakistan, yang kemudian dapat mengarah ke tanjung Himalaya, sungai Gangga-Brahmaputra, hingga ke utara Delta Irrawaddy di Myanmar.
"Kedua, sisa-sisa fosil hominin di Cina selatan dekat Yuanmou, yang kami temukan sezaman dengan H. erectus dari Sangiran, menetapkan rute timur, berhipotesis bahwa Sungai Mekong dan Sungai Merah bertindak sebagai penghalang dan menyalurkan manusia purba ke pesisir selatan Sungai Merah di Vietnam," beber para peneliti.
Terakhir, rute perantara utara di hulu dataran Chao Phraya di Thailand. Teori rute ini berhipotesis bahwa H. erectus melintasi dataran tinggi Shan di Myanmar atau dataran tinggi Yunnan-Guizhou, yang dibatasi oleh Sungai Salween dan Sungai Mekong di sisi barat dan timurnya.
Source | : | Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR