Di Indonesia setidaknya ditemukan sebanyak 29 jenis teripang yang diperdagangkan. Pemanfaatan yang berlebih dan permintaan pasar yang tinggi menyebabkan populasinya di alam terus menurun bahkan beberapa jenis teripang saat ini sudah sangat jarang ditemukan. Untuk menjaga keberlangsungannya, diperlukan metode pengelolaan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Hasil Buka Sasi Kelompok Perempuan Rajaampat: Panen Besar Biota Laut
Baca Juga: Harapan Baru, Pari Manta Karang Tumbuh Subur di Wilayah Raja Ampat Ini
Baca Juga: Indonesia Jadi Tempat Pembibitan Alami Pari Manta yang Langka
Pada awal masa pendampingan sasi di Kampung Folley, hanya 6 spesies teripang yang ditemukan saat melakukan buka sasi. Namun demikian, setelah dilakukan pengelolaan sasi secara berkelanjutan, saat ini dapat ditemukan 11 jenis teripang.
Salah satu contoh teripang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah teripang gosok (Holoturia scabra). Harga jenis teripang ini di pasaran lokal berkisar antara Rp600.000 samppai Rp1.000.000 per kilogram kering.
Menurut Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman, konservasi di wilayah Bentang Laut Kepala Burung bisa berjalan efektif karena didukung oleh sistem sosial budaya yang terwujud menjadi kebijakan lokal. "Salah satu contohnya adalah sasi. Pengelolaan sasi yang baik akan mampu memperbaiki kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat,” tegasnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR