Nationalgeographic.co.id—Setiap tahun di bulan Desember, keceriaan Natal dirasakan oleh sebagian besar orang di seluruh penjuru dunia. Selain mengenang kelahiran Yesus, tradisi perayaan Natal menyatu dengan kepercayaan dan adat istiadat dari seluruh budaya kuno. Seperti pemberian hadiah; lingkaran dan pohon cemara dari orang pagan; hingga menikmati sajian khas Natal. Seperti apa tradisi Natal unik yang dilakukan di berbagai negara itu?
Menggantung lingkaran Natal
Lingkaran Natal adalah karangan bunga berbentuk lingkaran yang digunakan sebagai dekorasi Natal. Namun makna dekorasi ini jauh lebih dalam daripada ucapan selamat yang meriah.
“Sejak zaman klasik, lingkaran bunga menjadi simbol kekuasaan, kekuatan, dan siklus kehidupan,” tulis Alicia McDermott di laman Ancient Origins. Lingkaran bunga Laurel memahkotai raja dan kaisar Yunani dan Romawi dan diberikan kepada atlet pemenang atau komandan militer.
lingkaran bunga panen dibuat sejak zaman prasejarah dan digunakan dalam ritual untuk mendorong kelimpahan.
Lingkaran bunga anyaman cabang cemara digunakan oleh Druid, Celt, dan Romawi selama perayaan titik balik matahari musim dingin mereka.
Pada tahun 1444, lingkaran bunga menjadi dekorasi Natal yang populer di London. “Pada abad ke-16, orang Jerman menggabungkan lingkaran bunga dengan kehidupan abadi dan kasih Tuhan,” tambah McDermott.
Menikmati fruitcake dan eggnog, peninggalan tradisi Romawi kuno dan Inggris
Fruitcake dan eggnog menjadi hidangan wajib saat Natal di Amerika. Fruitcake, kue yang dibuat dengan buah kering, rempah, serta kacang-kacangan, adalah bagian lain dari Natal yang berasal dari Romawi kuno.
Orang Romawi kuno mengawetkan buah dengan mencampurkannya dengan barley mash, biji delima, kacang pinus, dan kismis untuk membuat satura. Rempah-rempah dan buah-buahan yang diawetkan ditambahkan pada abad ke-18 dan ke-19. Semua bahan semakin mahal menjelang hari raya, jadi fruitcake adalah hidangan yang disimpan untuk acara-acara khusus, seperti Natal atau pernikahan. Di Inggris era Victoria, fruitcake adalah makanan wajib di acara-acara tersebut. Tradisi diteruskan ke koloni Inggris.
Eggnog terinspirasi oleh minuman Inggris Abad Pertengahan yang disebut posset. “Posset adalah campuran susu yang dikentalkan dengan anggur atau ale dan ditambah dengan rempah. Minuman ini sering digunakan sebagai obat di musim dingin,” ungkap McDermott.
Pada abad ke-13, telur, buah ara, brendi atau sherry kadang-kadang ditambahkan. Eggnog menjadi lebih mahal ketika rempah-rempah seperti pala dan kayu manis dimasukkan.
Di abad ke-18, eggnog menjadi minuman yang populer saat Natal. Telur dan rum digunakan sebagai pengganti alkohol lain. Suhu dan rasa yang hangat berpadu serasi dengan suasana Natal. Mungkin juga kelangkaan rum selama Revolusi Amerika menjadi alasan mengapa minuman tersebut ditujukan untuk acara-acara khusus.
Pohon Natal menyambut kembalinya matahari
Sejauh 600 Sebelum Masehi, pohon cemara digunakan untuk merayakan Mithras Dewa Matahari. Budaya pemujaan matahari Eropa Utara berkaitan erat dengan pohon dan tumbuh-tumbuhan.
Menggantung dahan hijau di rumah seseorang dianggap membantu menghidupkan kembali matahari yang lemah ketika hari-hari paling gelap. “Ini dilakukan menjelang titik balik matahari musim dingin - 21 Desember di belahan bumi utara,” McDermott menjelaskan.
Baca Juga: Krampus, Putra Dewi Nordik Hel yang Ditakuti Anak Kecil saat Natal
Baca Juga: Mengapa Kita Merasa Natal Seolah Datang Lebih Cepat setiap Tahunnya?
Baca Juga: Mengulik Tradisi Memasang Pohon Natal, Siapa yang Memulainya?
Baca Juga: Piet Hitam Si Pembantu Sinterklas, Rasisme dalam Budaya Natal Belanda
Namun tradisi pohon Natal konon baru mulai dilakukan pada tahun 1605. Saat itu Martin Luther terinspirasi oleh keindahan pohon cemara di bawah langit malam berbintang pada suatu Malam Natal. Ia kemudian menebang pohon, membawanya pulang, dan mencoba membuat tiruannya dengan meletakkan lilin yang menyala di atasnya. Tidak butuh waktu lama bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama bahkan hingga kini.
Anak-anak yang meninggalkan susu dan kue untuk Sinterklas
Banyak anak meninggalkan kue dan susu (atau bir dan pai, serta suguhan lainnya) untuk Sinterklas pada malam Natal. Tradisi ini berawal dari mitologi Nordik kuno.
Dalam perjalanan berburu, Odin akan meninggalkan hadiah untuk kuda berkaki delapannya, Sleipnir. Anak-anak yang mengharapkan hadiah dari Odin, menyiapkan kue dan susu di rumahnya. Harapanya, sang dewa akan berhenti di rumah mereka, menikmati sajian, dan meninggalkan hadiah.
Seiring dengan berjalannya waktu, Sinterklas mengambil alih. Kuda berkaki delapan berubah menjadi rusa-rusa terbang yang membawa kereta Sinterklas. Kini, anak-anak meletakkan wortel atau Jerami untuk para rusa saat sang Sinterklas masuk ke rumah untuk meletakkan hadiah.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR