Nationalgeographic.co.id—Lasem, sebuah kota di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sejak abad ke-19 dikenal sebagai Petit Chinois atau Tiongkok Kecil-nya Jawa. Julukan ini semakin mahsyur pada awal abad ke-20 ketika batik Lasem menjadi komoditi ekspor mancanegara dan dikunjungi banyak pejalan antarbenua.
Babagan, salah satu sentra batik Lasem yang masih memiliki warisan budaya benda dan wajah kawasan nan lestari. Jaringan jalan abad ke-18, tembok kuno dengan pintu-pintu gerbang ala Fujian yang di dalamnya masih terjaga rumah-rumah berlanggam Cina Hindia nan asri. Ditambah suasana lanskap budaya kampung Jawa yang turut menjadi bagian dari warisan budaya Lasem. Warga Desa Babagan yang multikultur menjadi pelestari warisan budaya takbenda di daerahnya seperti batik, sejarah, budaya, seni tradisi dan kuliner.
Kegiatan gotong-royong warga cukup lama terhenti pada masa pagebluk Covid-19. Kini, warga berinisiatif mengadakan kegiatan pasca pandemi dengan mengusung tema sehat segar bugar dan merespon perubahan iklim dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai.
Pasar Mbaganan #1 bertema “RESIK BUMI SEGAR BUGAR”. Perhelatan ini akan diselenggarakan Sabtu, 24 Desember 2022 di Jalan Babagan IV, Desa Babagan, Lasem, Kabupaten Rembang. Dimulai pukul 15.00 hingga 19.00 WIB. Bersamaan dengan kegiatan ini juga akan digelar tur Lampah Kisah Mbagan #2 dengan rute Klenteng Gie Yong Bio, ekskursi Jalan Mbagan, limun legendaris Yoici, berakhir di Pasar Mbaganan.
Kegiatan ini merupakan inisiasi warga Babagan berkolaborasi dengan Kesengsem Lasem (Yayasan Lasem Heritage) bersama #SayaPilihBumi dan National Geographic Indonesia. Mereka merespons pemanfaatan ruang dan ekonomi pusaka di jaringan jalan kuno. Kawasan Cagar Budaya Lasem menjadi peringkat kabupaten yang sedang berproses menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional sejak 2019. Keterlibatan komunitas menjadi aspek utama dalam pelestarian ini.
Jalan kuno itu selalu sunyi sehari-hari. Kini, sebagian besar bangunan kuno tak dihuni kembali dihidupkan dengan memasang lampion di pintu gerbang kuno. Suasana ini menghadirkan memori masa lalu ketika Lasem belum diterangi oleh jaringan listrik. Sebuah masa ketika mereka mengandalkan penerangan lentera, lampu gas, atau sejenisnya yang digantung di depan pintu. Tak hanya itu, warga berinisiatif menggelar kegiatan gotong-royong yang menghadirkan bazar kuliner dan kerajinan tangan setempat untuk mendukung kegiatan ekonomi melingkar yang berkonsep ramah lingkungan.
“Konsep kegiatan ini event hijau. Kita sering membuat event dengan sampah sebagai masalah terbesarnya. Warga Babagan ingin mengadakan event minim sampah bahkan diharapkan kegiatan ini bisa membantu mengurangi sampah botol plastik di rumah. Kita berharap warga jadi pengunjung tetap dengan membawa sampah botol plastik bening untuk masuk ke tempat acara, bisa beli makanan sehat dan menikmati suasana kota lama tempo dulu dengan wajah kota yang otentik,” ujar Suwargi salah satu penggagas kegiatan yang juga merupakan pendiri Yayasan Lasem Heritage-Kesengsem Lasem.
“Kita memulai dengan tur Lampah Kisah Mbagan bulan lalu untuk mengumpulkan dana bayar serelanya (pay as you wish), lalu menyiapkan kegiatan bersama ibu-ibu pejuang kuliner!” ujar pria yang akrab disapa Agik. Dia menjelaskan sebutan pejuang kuliner karena penyedia kuliner kegiatan tersebut adalah delapan orang perempuan yang menyajikan masakan andalan rumahnya kepada publik sebaik mungkin dan sehat.
“Mereka pejuang kuliner, menyajikan makanan sehat untuk semua kalangan. Termasuk untuk yang berkebutuhan khusus, diet karena penyakit kronis, yang ingin langsing juga lho. Jadi anak-anak dan manula juga bisa jajan di event kita tanpa rasa khawatir, karena makanan yang disajikan menggunakan penyedap rasa alami, pewarna makanan alami, bahkan kalau yang manis-manis itu pakai gula diet atau pakai gula aren yang berkualitas. Mayoritas makanan tradisional dari dapur-dapur Mbagan,”ujar Agik.
Dia berharap kegiatan ini menjadi kegiatan untuk menyebarkan semangat gaya hidup sehat pasca pagebluk. Lebih lanjut, menurutnya, ”Penggunaan botol plastik bekas sebagai tiket masuk Pasar Mbaganan bertujuan untuk mengurangi sampah plastik rumah tangga Desa Babagan dan dapat menambah nilai dari hasil jual botol tersebut sebagai modal kegiatan selanjutnya, jadi ya dari warga untuk warga dikelola warga. Untuk melestarikan juga, mungkin dari hasil penjualan botol tersebut selain untuk membiayai kegiatan, juga untuk mengecat tembok kuno, mempercantik kawasan dengan tempat sampah, furnitur jalan dan lainnya,” ujarnya.
Agik mengungkapkan bahwa sejatinya kawasan Cagar Budaya Lasem di Babagan terancam oleh sampah baik di kawasan darat maupun sungai Babagan hingga ke muara Dasun.
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR