Para peneliti berspekulasi bahwa beberapa penggerebekan kelompok suku Hun mungkin dilakukan untuk mengamankan makanan dan ternak, meskipun mereka mengakui bahwa diperlukan lebih banyak bukti untuk mendukung teori ini. Mereka juga mengatakan bahwa tuntutan Attila agar orang Romawi menyerahkan sebidang wilayah luas yang mengapit Danube mungkin merupakan strategi yang meringankan krisis iklim, karena tanah di dataran banjir akan memberikan ketahanan pangan yang lebih besar pada saat kekeringan.
Selain itu, iklim yang tidak stabil mungkin telah menyebabkan restrukturisasi sosial besar-besaran dalam komunitas Hun, karena para penggembala meninggalkan ternak mereka untuk menjadi perampok. Munculnya partai-partai perang ini kemudian akan mengarah pada jaringan kesetiaan baru antara para panglima perang dengan Attila di puncak hierarki.
Aliansi semacam itu mungkin akan dipertahankan dengan subsidi emas, yang mungkin menjelaskan permintaan Attila yang meningkat akan emas Romawi.
Baca Juga: Atilla sang Hun, Mimpi Buruk Bangsa Romawi yang Menjadi Kenyataan
Baca Juga: Andil Bangsa Hun, Visigoth dan Parthia dalam Keruntuhan Romawi Kuno
Baca Juga: Apakah Atilla sang Hun adalah Pemimpin Barbar Terhebat dalam Sejarah?
“Gangguan ekonomi akibat iklim mungkin mengharuskan Attila dan para petinggi lainnya untuk mengekstraksi emas dari provinsi-provinsi Romawi untuk menjaga pasukan perang dan mempertahankan loyalitas antar-elite,” jelas Hakenbeck.
Untungnya bagi orang-orang Romawi, Attila meninggal mendadak pada tahun 453 Masehi setelah tersedak darahnya sendiri setelah mimisan, dan orang-orang Hun menghilang tak lama kemudian. Namun, kerusakan yang telah mereka timbulkan terbukti menjadi bencana besar bagi Kekaisaran Romawi dan menyoroti dampak yang dapat ditimbulkan oleh krisis iklim terhadap peradaban yang paling kuat sekalipun.
Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa krisis iklim dapat menyebabkan turunnya pasokan pangan untuk manusia, menurunnya jumlah populasi satwa liar, serta meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan kelompok rentan lainnya. Pendek kata, krisis iklim dapat mengancam kelangsungan setiap makhluk hidup di bumi ini.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR