Nationalgeographic.co.id—Sebagian besar orang pernah mendengar tentang firaum yang terkenal, Tutankhamun. Temuan makamnya yang dipenuhi harta berlimpah mengguncang dunia. Tetapi nama saudara perempuan dan istrinya yang tercinta, Ankhesenamun, jarang terdengar. Kehidupan Ankhesenamun terdokumentasi dengan baik dalam relief kuno dan lukisan selama masa pemerintahan ayahnya, Firaun Akhenaten. Namun setelah kematian Tutankhamun, ratu muda itu tampaknya menghilang dari catatan sejarah. Bagaimana kisah pilu Ankhesenamun, saudara perempuan sekaligus istri Firaun Tutankhamun?
Siapa Ankhesenamun?
Ankhesenamun (“Hidupnya adalah Amun”) adalah seorang ratu dari Dinasti Kedelapan Belas Mesir. Dia adalah putri ketiga Akhenaten dan menjadi istri kerajaan agung dari saudara tirinya Tutankhamun. “Tutankhamun berusia berusia 8 hingga 10 tahun ketika ia menikahi Ankhesenamun yang berusia 13 tahun,” ungkap Joshua J. Mark di laman Word History Encyclopedia.
Di Amarna, Ankhesenamun tumbuh sebagai pengantin anak dari ayahnya dan kemudian menjadi tunangan dari saudara tirinya Tutankhaten.
Perkawinan sedarah bukanlah hal yang aneh di Mesir kuno dan dipraktikkan di kalangan keluarga kerajaan. Ini sebagai cara untuk melestarikan garis keturunan kerajaan.
Faktanya, orang tua Tutankhamun juga adalah saudara laki-laki dan perempuan. Konon, ini mengakibatkan beberapa kondisi genetik yang diderita firaun muda itu, termasuk langit-langit mulut sumbing dan kaki pengkor. Firaun percaya bahwa mereka adalah keturunan para dewa dan inses dianggap dapat diterima untuk mempertahankan garis keturunan suci.
Keluarga Ankhesenamun
Ankhesenamun lahir pada saat Mesir berada di tengah-tengah revolusi agama yang belum pernah terjadi sebelumnya (1348 Sebelum Masehi). Ayahnya telah meninggalkan dewa-dewa tua Mesir dan menggantinya dengan satu-satunya dewa Aten. Tindakan Akenaten itu akhirnya menciptakan agama monoteistik pertama. Tentu saja ulah sang firaun membuat gusar para imam dan pengikut dewa Ra.
Ankhesenamun memiliki dua kakak perempuan – Meritaten, Meketaten – dan bersama-sama, ketiganya menjadi “Putri Senior”. Ketiga putri itu berpartisipasi dalam banyak fungsi pemerintahan dan agama. Berbagai relief yang ditemukan di Mesir tampaknya menunjukkan bahwa Akhenaten mungkin telah berusaha menjadi ayah dari ketiga putri sulungnya.
Sepeninggal Akhenaten, dan setelah masa pemerintahan pendek penerusnya, Smenkhkare dan Neferneferuaten, Ankhesenamun menjadi istri Tutankhamun. Setelah pernikahan kedua bersaudara itu, mereka dengan cepat memulihkan agama lama, mengabaikan tindakan Akhenaten.
Pemerintahan pasangan anak-anak
Source | : | World History Encyclopedia,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR