Nationalgeographic.co.id—Mitos penciptaan Mesir kuno adalah tentang pencipataan dunia dalam mitologi Mesir kuno. Asal mula penciptaan semesta ini dapat ditemukan dalam teks piramida, dekorasi dinding, hingga prasasti pemakaman dari Kerajaan Lama. Dikatakan bahwa dunia tercipta dari perairan tidak bertepi dan tidak bernyawa yang disebut Nu.
Bangsa Mesir kuno memiliki banyak dewa pencipta serta kisah yang terkait dengan mereka. Sehingga membuat banyak keyakinan yang berbeda-beda pula tentang bagaimana dunia khususnya Mesir diciptakan.
Di perairan purba ada delapan dewa primordial yang disebut Ogdoad. Mereka berpasangan suami dan istri, atau laki-laki dan perempuan. Kedelapan dewa ini sering ditampilkan berkepala katak karena mereka adalah dewa air, namun, tidak ada yang lebih diketahui tentang mereka kecuali atribut mereka.
Pertama, ada Hok dan Hoket, dan atribut mereka adalah tidak berbentuk. Untuk mengingat mana yang jantan dan mana yang betina dari pasangan tersebut, nama betina selalu diakhiri dengan ‘t’. Jadi, Hok adalah laki-laki, Hoket adalah perempuan. Catatan menarik tentang bahasa Mesir adalah bahwa bentuk feminin dari kata-kata Mesir diakhiri dengan ‘t’.
Berikutnya datang Kuk dan Kuket yang artinya kegelapan. Kemudian Amun dan Amunet, mewakili ketersembunyian, berikutnya Amun mungkin menjadi dewa terpenting di Mesir kuno, ribuan tahun kemudian, dengan munculnya firaun Amunhotep, yang namanya berarti Amun senang.
Pasangan terakhir adalah Nun dan Nunet. Nun adalah perairan purba dengan Nunet sebagai pasangannya. Lantas, apa yang orang Mesir coba jelaskan dengan delapan dewa ini? Pikirkan tentang sifat-sifatnya, tanpa bentuk, kegelapan, ketersembunyian. Ini bukanlah atribut positif, melainkan negatif, yang mewakili kekacauan di awal alam semesta. Kemudian momen penciptaan terjadi.
Dewa Udara, Kelembaban, Bumi, dan Langit
Dari air muncul bukit purba, dan berdiri di atas bukit purba itu adalah dewa Atum. Atum adalah dewa khusus. Dia menciptakan para dewa yang berinteraksi dengan bumi. Dia disebut ciptaan sendiri.
Atum sendiri memiliki dua anak: Shu dan Tefnut. Shu adalah udara dan Tefnut adalah kelembapan. Mitos mengatakan bahwa pada awalnya, kita memiliki udara dan kelembapan.
Pikirkan baris pertama Kejadian: “Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi. Sekarang bumi adalah kehampaan tak berbentuk. Ada kegelapan di atas kedalaman.”
Perhatikan persamaannya bahwa pada mulanya ada kehampaan yang tak berbentuk. Tentu saja, mitos Mesir ribuan tahun lebih tua dari Perjanjian Lama, tetapi intinya adalah orang-orang tampaknya setuju bahwa permulaannya penuh gejolak.
Baca Juga: Anjing, Sahabat Orang Mesir Kuno yang Diasosiasikan dengan Anubis
Baca Juga: Bukan Sekadar Hiburan, Tarian Punya Penting dalam Budaya Mesir Kuno
Baca Juga: Pencapaian Penting dari Peradaban Mesir Kuno yang Mengubah Dunia
Baca Juga: Festival Mabuk Mesir Kuno: Minum hingga Seks Bebas agar Dewa Senang
Shu dan Tefnut memiliki dua orang anak, Geb dan Nut. Geb adalah bumi, dan Nut adalah langit. Ada lukisan Nut di langit-langit makam kerajaan, membungkuk dengan tangan di bawah satu dinding dan kaki di bawah yang lain, dengan perut sebagai langit-langit. Apa yang dilakukan Nut adalah dia menelan matahari di malam hari, matahari melewatinya, dan dia melahirkannya di pagi hari, melambangkan kelahiran dan kelahiran kembali.
Isis, Osiris, Seth, dan Nebthet
Geb dan Nut melahirkan empat dewa yang menjadi pusat mitologi Mesir. Pertama adalah Isis dan Osiris, yang merupakan kakak beradik dan juga suami istri. Perhatikan bahwa nama Isis, dewa wanita, tidak diakhiri dengan ‘t’. Ini karena namanya berasal dari Yunani. Nama aslinya dalam bahasa Mesir adalah Ist, tetapi orang Yunani menambahkan akhiran ‘is’ dalam bahasa mereka, sehingga Ist menjadi Isis.
Isis dan Osiris juga memiliki saudara laki-laki dan perempuan: Seth dan Nebthet. Seth (kadang-kadang dikenal sebagai Set) dan Nebthet (atau Nephthys dalam bahasa Yunani) juga kakak beradik, dan suami istri.
Keempatnya yakni Isis, Osiris, Seth, dan Nebthet sangat penting bagi seluruh kisah selanjutnya dalam mitologi Mesir kuno.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR