Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of Turku, Finlandia menemukan bahwa lingkungan yang lebih hijau berdampak pada komposisi gula dalam Air Susu Ibu (ASI). Pada akhirnya, hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan bayi.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman dan proporsi lingkungan hijau yang lebih besar di daerah pemukiman dikaitkan dengan peningkatan keanekaragaman komposisi oligosakarida dalam ASI.
Oligosakarida adalah molekul gula yang merupakan komponen terbanyak dalam ASI setelah laktosa dan lemak. Sejauh ini, sekitar 200 oligosakarida telah ditemukan dan membentuk kelompok yang sangat serbaguna dari berbagai jenis struktur kompleks.
Oligosakarida dalam ASI dapat melindungi bayi dari mikroba berbahaya dan mengurangi risiko alergi dan penyakit. Oligosakarida juga terkait erat dengan sistem kekebalan tubuh dan mikrobiota usus yang juga berdampak pada kesehatan bayi.
Temuan tersebut telah diterbitkan di Scientific Reports dengan judul "Residential green environments are associated with human milk oligosaccharide diversity and composition."
“Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa faktor genetik dan biologis, seperti obesitas ibu, dapat mengubah komposisi oligosakarida dalam ASI," kata Ajun Profesor Mirkka Lahdenperä dari Departemen Biologi di University of Turku.
"Tujuan kami adalah untuk mempelajari bagaimana lingkungan hidup hijau memengaruhi komposisi oligosakarida dalam ASI, karena lingkungan yang lebih hijau ditemukan memiliki dampak menguntungkan pada kekebalan dan mengurangi risiko penyakit pada anak-anak."
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan hubungan yang lebih dekat dengan alam dapat mempengaruhi kesehatan anak melalui ASI.
"Paparan yang meningkat terhadap lingkungan yang lebih hijau telah disarankan untuk mengarah pada manfaat kesehatan pada anak-anak," tulis peneliti.
"Tetapi mekanisme yang terkait pada awal kehidupan, terutama melalui mediator biologis seperti komposisi susu ibu yang berubah, sebagian besar masih belum dijelajahi."
Sekitar 800 ibu berpartisipasi dalam studi tindak lanjut longitudinal, Studi STEPS, yang dimulai di University of Turku pada tahun 2007. Sampel ASI dikumpulkan saat bayi berusia tiga bulan, setelah itu komposisi oligosakarida dianalisis di Bode Lab. di California University, San Diego.
Lingkungan hijau perumahan diukur pada saat anak lahir di sekitar rumah keluarga dengan ukuran kehijauan, keragaman vegetasi, dan indeks kealamian, yaitu seberapa besar dampak dan intervensi manusia yang telah terjadi di kawasan perumahan.
Baca Juga: Mengapa Bayi Prematur yang Diberi ASI Memiliki Usus yang Lebih Sehat?
Baca Juga: Air Susu Ibu yang Divaksinasi Memiliki Antibodi COVID-19 yang Kuat
Baca Juga: Kisah Pekerja Perempuan Menyusui dan Kebutuhan Laktasi Sebagai Hak
Baca Juga: Hati-hati, Kebanyakan Asupan Produk Susu Berisiko Kanker Prostat
Hasilnya tidak tergantung pada tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan kesehatan orang tua anak serta keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan di daerah pemukiman.
Studi tersebut menunjukkan bahwa keragaman oligosakarida meningkat dan komposisi beberapa oligosakarida individu berubah ketika lingkungan tempat tinggal ibu mencakup lingkungan yang lebih hijau.
“Hal ini dapat menunjukkan bahwa peningkatan kontak sehari-hari dengan alam dapat bermanfaat bagi ibu menyusui dan anak mereka karena komposisi oligosakarida ASI akan menjadi lebih beragam," katanya.
Hasilnya, katanya, menyiratkan bahwa menyusui dapat memiliki peran mediasi antara lingkungan hijau perumahan dan kesehatan pada masa bayi.
"Hasilnya menyoroti pentingnya memahami jalur biologis yang dapat berdampak pada kesehatan dan mengarah pada perkembangan berbagai penyakit mulai dari bayi," katanya.
Source | : | Scientific Reports,University of Turku |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR