Bagian luarnya memiliki serangkaian menara (sikhara) yang spektakuler. Didesain sedemikian rupa, candi ini tampak seperti pegunungan dengan beragam puncak. Candi Hindu ini tampak mewakili Himalaya dan 'gunung dunia'. Namun efek gunung dunia seharusnya ditonjolkan oleh lapisan gesso putih sekarang telah hilang.
Candi Kandariya Mahadeo didekorasi dengan indah. Cartwright menambahkan, “Terdapat pahatan 646 figur di bagian luar dan 226 di dalam gedung.” Sebagian besar figur tingginya kurang dari satu meter dan disusun dalam dua atau tiga tingkatan.
Figur-figur itu didominasi tokoh Siwa dan dewa Hindu lainnya seperti Wisnu, Brahma, Ganesha, beserta pengiringnya, surasundaris (bidadari), dan mithuna (kekasih).
Patung-patungnya mencakup adegan-adegan dewasa. Terutama di dinding selatan antarala. Dinding itu diukir dengan relief tinggi dengan sosok-sosok yang digambarkan dalam berbagai pose seks yang akrobatik. Alih-alih adegan melanggar etika, relief itu mewakili gambaran kesuburan dan kebahagiaan. Relief ini dianggap menguntungkan dan melindungi.
Lebih dari sekadar adegan dewasa
“Dikatakan bahwa Mahatma Gandhi menganggap pahatan di kuil Khajuraho sangat mengecewakan,” tulis Panchali Dey di laman Times of India. Ia membujuk pendukungnya untuk mengikis dinding kuil hingga bersih dari penggambaran budaya India yang memalukan dan tidak senonoh
Untungnya rencana itu tidak berhasil dan candi Khajuraho masih berdiri tegak hingga kini.
Sebagian orang mungkin menganggap relief di kuil Khajuraho sebagai adegan yang tidak pantas disaksikan, dan bagi sebagian orang mungkin sangat mengganggu. Bisa jadi, sebagian besar orang melewatkan poin terpenting yakni tujuan dasar pembangunan candi-candi tersebut.
“Situs Warisan Dunia UNESCO ini jauh dari representasi kecil dari Kama Sutra,” kata Dey. Candi-candi di sini sebenarnya menggambarkan gagasan kehidupan yang melibatkan benda-benda estetis untuk menciptakan sesuatu yang inspiratif.
Menariknya, hanya 10 persen ukiran di kompleks candi yang menggambarkan tema seksual. Relief lainnya menggambarkan kehidupan sehari-hari orang biasa yang ada pada masa itu.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Times of India,World History Encyclopedia,Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR