Nationalgeographic.co.id—Kubilai Khan menyelesaikan penaklukan Mongolia selama beberapa dekade di Tiongkok pada tahun 1279. Penaklukannya itu membuat pemimpin Mongol menjadi penguasa pertama dinasti Yuan. "Ini adalah kali pertama seluruh Tiongkok ditaklukkan dan diperintah oleh orang asing," tulis Andria Pressel di laman The Collector. Ironisnya, justru berkat ahli strategi perang Tiongkok, Sun Tzu, Kubilai Khan akhirnya menaklukkan Kekaisaran Tiongkok.
Kekaisaran Tiongkok, penaklukan paling menantang yang dialami Kekaisaran Mongol
Kekaisaran Mongol didirikan pada 1206 oleh Jenghis Khan yang terkenal di Stepa Asia Tengah. Pada puncak kekuasaannya, Mongol merupakan kekaisaran dengan wilayah terbesar dalam sejarah. Saat itu, wilayah Mongol mencakup lebih dari 14,4 juta km persegi.
Penaklukan Tiongkok adalah kampanye paling menantang Kekaisaran Mongol, yang berlangsung selama beberapa dekade dan beberapa khan. Wilayah Tiongkok Selatan terbukti tidak cocok untuk perang kavaleri tradisional Mongol karena banyaknya pegunungan dan sawah. Untuk membuat segalanya lebih menantang, orang Tiongkok mahir dalam pertahanan pengepungan dan memiliki keunggulan bubuk mesiu.
Tiongkok berfokus untuk bertahan dari perang yang berlarut-larut di benteng-benteng pegunungan Infanteri dibagi menjadi unit-unit kecil yang cocok untuk perang gerilya dan menempatkan angkatan lautnya di sungai untuk mempertahankan bentengnya.
Di Tiongkok, pasukan Kubilai Khan menghadapi tantangan yang secara langsung melawan gaya perang itu. Medannya tak kenal ampun bagi kavaleri dan memaksa tentara untuk mengambil rute memutar.
Benteng Tiongkok dipertahankan dengan ketat dan didukung oleh angkatan laut. Bangsa Mongol tidak memiliki kekuatan angkatan laut untuk ditandingi. Selain itu, armada Tiongkok juga dapat membatasi pergerakan Mongol dan bahkan kadang-kadang mengepung kavalerinya.
Pasukan Mongol: penunggang kuda sekaligus pemanah yang mematikan
Karena gaya hidup nomaden mereka, prajurit Mongol secara tradisional adalah penunggang kuda elite dan pemanah yang mematikan. "Mereka belajar menunggang kuda dan menembakkan busur saat masih balita," kata Pressel.
Calon prajurit mendapat pelatihan memanah dan berbagai latihan unit untuk memantapkan kemampuan manuver dan disiplin sebagai sebuah kelompok.
Pasukan Mongol lebih suka senjata proyektil alih-alih pertarungan tangan kosong. Pemanah Mongol rata-rata dapat dengan mudah mengalahkan lawannya dengan busur komposit jarak jauhnya, yang memiliki jangkauan akurat 30 m.
Kavaleri sering mengadopsi manuver yang mirip dengan perburuan massal. Penunggang kuda akan menyebar dan membentuk cincin sepanjang beberapa km. Mereka kemudian perlahan berkontraksi sampai semua target terjebak di dalam tanpa bisa melarikan diri.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR