Kaisar Wang Mang, penguasa sosialis pertama Tiongkok
Penguasa “sosialis” pertama Tiongkok, Wang Mang, merebut kekuasaan dari seorang kaisar cilik dan mendirikan dinasti Xin pada tahun 9 Masehi. Itu terjadi sekitar 1.900 tahun sebelum Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat Tiongkok yang komunis.
Wang, seorang reformis yang ambisius dan sadar sosial, memulai sejumlah kebijakan yang kemudian ditafsirkan oleh banyak sejarawan sebagai sosialis.
Ia ingin memperbaiki situasi ekonomi Tiongkok yang mengerikan dan petani yang kelaparan dan miskin. Pemerintah Wang mengambil kendali atas semua tanah di kekaisaran dan memerintahkan agar pemilik tanah yang kaya mendistribusikan kembali perkebunan mereka secara merata.
Baca Juga: Penguasa Tiongkok Mengklaim Kekuasaannya Didasari Atas 'Mandat Surga'
Baca Juga: Ketika Kuku Panjang Menjadi Simbol Status di Zaman Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Bebas Melakukan Apa Saja, Ini Daftar 'Kegilaan' para Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Mengapa Arkeolog Enggan Membuka Makam Kaisar Pertama Tiongkok?
Wang juga memperkenalkan kontrol harga, melarang perdagangan budak, dan menyita ribuan kg emas untuk melemahkan kekuatan elite.
Tidak mengherankan, para pedagang dan bangsawan kaya negara itu tidak terlalu antusias dengan kebijakan baru Wang. Reformasi hanya memperburuk krisis ekonomi Tiongkok yang parah. Akhirnya, setelah delapan tahun berlalu, Wang membatalkan reformasinya itu.
Sayangnya Wang terlambat. Perang saudara meletus. Baik elite maupun kaum tani yang dia coba bantu justru mengangkat senjata melawannya.
Pada musim gugur tahun 23 Masehi, Wang menyadari bahwa situasinya sudah tidak ada harapan. Saat para pemberontak mendekati ibukotanya Chang'an (modern Xi'an), Wang tinggal di istananya, bergaul dengan para penyihir dan mencoba merapal mantra.
Pada tanggal 7 Oktober tahun itu, para pemberontak menyerbu Chang'an dan menyerbu istana Wang. Mereka memenggal kepalanya dan kemudian memotong-motong tubuhnya, mengakhiri kaisar Xin pertama dan terakhir.
Source | : | Listverse |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR