Pada tahun yang sama ketika kaisar Yuan terakhir meninggalkan Tiongkok, pemimpin pemberontak Zhu Yuanzhang memproklamasikan dinasti Ming. Ia mengambil gelar Hongwu. Kaisar baru itu terkenal tangguh namun paranoid.
“Kehidupan awalnya sangat keras,” kata Shaw. Setelah menjadi yatim piatu pada usia 16 tahun, Zhu menjadi biksu Buddha, mengemis dan mengembara untuk bertahan hidup. Melalui perjalanannya melintasi provinsi asalnya di Anhui, Zhu menyaksikan kelaparan dan penderitaan yang meluas. Saat itu, Kekaisaran Tiongkok berada di bawah kekuasaan Mongol.
Pada tahun 1352, Zhu bergabung dengan tentara pemberontak dan dengan cepat diangkat menjadi pemimpinnya. Mereka merebut ibu kota Mongol Daidu (sekarang Beijing) pada tahun 1368.
Begitu berkuasa, Hongwu berkonsentrasi untuk mengusir orang-orang Mongol yang tersisa dan memulihkan budaya serta nilai-nilai Tiongkok.
Pada tahun 1369, ia memerintahkan agar sekolah-sekolah umum dibangun di seluruh negeri. Di sana, siswa mempelajari teks-teks Tiongkok klasik. Kemudian, ia mengadakan kembali ujian pegawai negeri birokrasi, lambang budaya Tionghoa yang sebelumnya dihapuskan oleh bangsa Mongol.
Hongwu juga mereformasi sistem pajak dan meninggalkan kode hukum yang berpengaruh sebelum kematiannya pada tahun 1398.
Terlepas dari pencapaian ini, warisan Hongwu sebagian besar beragam. Sementara beberapa sejarawan memujinya karena mengakhiri pemerintahan Mongol, yang lain menganggapnya brutal dan paranoid. “Siapa pun yang mengkritiknya di depan umum dicambuk atau bahkan dijatuhi hukuman mati,” ujar Shaw.
Tidak percaya pada pejabatnya sendiri, Hongwu juga terus-menerus takut jika ia akan digulingkan. Pada tahun 1380, setelah mengungkap rencana penggulingan oleh perdana menteri, Hongwu menghapus jabatan tersebut dan memenggal kepalanya.
Seakan masih belum cukup, sang kaisar kemudian melakukan pembersihan besar-besaran untuk membunuh keluarga perndana menteri. Termasuk semua yang dicurigai berkomplot melawannya. Kemungkinan, Hongwu mengeksekusi sebanyak 100.000 orang.
Toghon Temur, Kaisar Tiongkok dari Mongol yang diskriminatif
Didirikan pada tahun 1271, dinasti Yuan yang dipimpin Mongol menguasai Tiongkok selama hampir satu abad penuh. Meskipun kaisar Mongol mengadopsi beberapa adat Tionghoa, kebijakan mereka mendiskriminasi etnis Tionghoa dan lebih menyukai orang Mongol.
Dalam hierarki sosial saat itu, orang Mongol duduk di puncak piramida, diikuti oleh kelompok asing seperti Muslim Asia Barat, Tiongkok utara, dan kemudian Tiongkok selatan. Bangsa Mongol tidak ingin melepaskan identitas budaya mereka dan umumnya berusaha memisahkan diri dari orang Tionghoa. Mereka bahkan memberlakukan aturan dan hukum yang berbeda untuk kedua kelompok tersebut.
Source | : | Listverse |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR