Nationalgeographic.co.id—Kaisar Kuning atau Huang Di (2717 Sebelum Masehi sampai 2599 Sebelum Masehi) adalah tokoh berpengaruh dalam kebudayaan Tiongkok. Bersama saudaranya, Kaisar Api (Yan Di), mereka dihormati sebagai nenek moyang bangsa Han, kelompok etnis mayoritas Tionghoa. Seperti apa kisah Kaisar Kuning Huang Di yang legendaris itu?
Bangkitnya Kaisar Kuning dan suku Youxiong
Melansir dari laman China Fetching, Kaisar Kuning, putra Shaodian dan Fubao, terlahir sebagai seorang jenius.
Ketika berusia 20 tahun, dia mewarisi suku ayahnya, Youxiong. Sebagai pemimpin, Huang Di bekerja dengan rajin untuk melatih rakyatnya dan mengembangkan ekonomi.
Dia menemukan dan membudidayakan lebih banyak jenis tanaman dan memperkaya struktur pola makan makanan Tiongkok. Bahkan, Huang Di juga menjinakkan banyak hewan liar dan menemukan banyak teknologi yang bermanfaat. Seperti alat tenun yang lebih canggih, alat panen, senjata, seni bela diri, dan gaya bangunan.
Banyak suku yang ditaklukkan di masa kepemimpinannya. “Kerajannya terus berkembang dari Sungai Kuning hingga wilayah Sungai Yangtze,” ungkap Emily Rodriguez di laman Britannica.
Akibatnya, Kaisar Api (atau Yan Di) merasa terancam; dia dan Kaisar Kuning segera bertarung sengit tiga kali. Ini adalah Pertempuran Banquan, di mana Kaisar Kuning menang dan menganeksasi suku Kaisar Api.
Keturunan mereka membentuk peradaban Huaxia (asal mula Kebudayaan Tiongkok). Yan Di serta Huang Di bersama-sama menjadi nenek moyang terhormat orang Han Tiongkok.
Mengalahkan Chiyou yang perkasa dalam Pertempuran Zhuolu
Sebagian besar suku berada di bawah pemerintahannya, kecuali Chiyou.
Dalam beberapa dokumen, Chiyou adalah penguasa suku yang kuat bernama Jiuli di timur. Sementara ada juga yang menyatakan bahwa Chiyou memberontak melawan Kaisar Api atau Kaisar Kuning.
Apapun itu, Chiyou sangat agresif dan sukunya memperoleh banyak senjata ampuh. Dalam mitologi, dikisahkan bahwa 81 jenderal Chiyou memiliki kepala manusia dengan tubuh binatang. Ini termasuk Chiyou sendiri. Mereka semua hanya memakan batu dari sungai.
Pasukan Chiyou juga mendapat bantuan dari Dewa Angin dan Hujan. Tak hanya itu, hantu dan monster juga membantu memulai serangan menggunakan kekuatan supernatural.
Namun Kaisar Kuning Huangdi adalah raja yang lebih cerdas dan jenderal yang lebih baik. Ia belajar membuat senjata canggih dari senjata yang direbut tentara Chiyou. Bahkan ia menemukan Gerobak Penunjuk Arah Selatan untuk memandu tentaranya dalam kabut tebal yang diciptakan Dewa Angin.
Menurut Classic of Mountains and Seas, dewa Gunung Kunlun, naga paling kuat Ying Long dan Peri Kekeringan berpartisipasi dalam pertempuran. Bersama dengan prajurit pemberani dan hewan, termasuk serigala, panda, beruang, dan harimau, mereka mengalahkan Chiyou.
Pemerintahan Kaisar Kuning yang luar biasa
Setelah mencapai kesuksesan terakhir, Kaisar Kuning melanjutkan pemerintahannya yang luar biasa. Dia menjadi penguasa yang paling terhormat. Sang kaisar mendirikan rezim dasar dengan pejabat administrasi dan hukum yang efisien sebagai dasar dari kerajaan yang sebenarnya.
Di dalam kerajaannya, orang-orang mengikuti penanggalan maju untuk melakukan pekerjaan pertanian, memproduksi dan memakai pakaian yang layak. Juga memelihara ternak, mengoleskan jamu untuk mengobati penyakit, membangun rumah dan kota untuk ditinggali, menampilkan dan menikmati musik, dan mematuhi etiket dasar.
Pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras dirinya dan semua orang yang tinggal di wilayahnya. Dalam sejarah mitos, mereka juga mendapat penghargaan dari dewa.
Menurut legenda mitos kuno, burung phoenix yang cantik muncul di dunia sekuler. Ia membawa gambar yang menunjukkan kebajikan terpenting yang dibutuhkan untuk menjadi seorang raja.
Seekor naga kuning mengiriminya buku ajaib yang mencakup pengetahuan berharga tentang astrologi, geologi, kedokteran, dan ramalan Tiongkok.
Kaisar Kuning mewariskan semua ilmunya kepada rakyatnya dan memberi mereka zaman keemasan.
Akhir penuh misteri
Melihat rakyatnya hidup bahagia dan damai, dia mengunjungi makhluk abadi dan meminta lebih banyak pengetahuan yang bermanfaat.
Selama periode ini, Huang Di mengadakan upacara pemujaan di Gunung Tai dan melakukan Alkimia di Gunung Huangshan.
Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat
Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang Mengubur Hidup-Hidup Cendekiawan
Baca Juga: Hilangnya Simbol Mandat dari Surga Milik Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang
Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis
Ketika dia sudah tua, dia membangun beberapa bejana ritual bernama Ding. Ini menjadi lambang kekuasaan berdaulat dan dominasi hukum di Tiongkok kuno.
Tepat setelah semua Ding selesai, seekor naga muncul di langit dan terbang menuju Kaisar Kuning. Sang naga mengumumkan bahwa kaisar telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan masyarakat. Huang Di dianggap telah menyelesaikan misinya, oleh karena itu, sudah waktunya untuk kembali.
Setelah dia melompat ke punggung naga dan keduanya pun menghilang ke langit.
Peradaban yang ia dirikan terus berkembang dan berkembang selama ribuan tahun berikutnya.
Buku medisnya, Huangdi Neijing, menjadi buku dasar pengobatan tradisional Tiongkok. Kini, Kaisar Kuning dihormati sebagai dewa penting dari Taoisme. Banyak kuil dibangun sepanjang sejarah untuk mengenang Kaisar Kuning, salah satu kaisar Tiongkok paling legendaris dan pahlawan budaya.
Bahkan hingga kini, puluhan ribu orang Tionghoa masih mengadakan upacara pemujaan besar di makam peringatan tersebut setiap tahun.
Source | : | Britannica,China Fetching |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR