Kadang-kadang, pajak khusus yang disebut eisforá dikenakan kepada mereka. Setidaknya pada abad keempat SM warga terkaya di Athena membayarnya setiap tahun. Namun ada beberapa pengecualian, seperti Perang Peloponnesia. Ketika itu semua orang Athena harus berkontribusi sebanyak mungkin ke eisforá untuk gaji para prajurit.
“Keindahan sistem leitourgia adalah bahwa pekerjaan umum cenderung didanai dan dikelola oleh orang-orang dengan keahlian yang relevan daripada oleh pejabat negara yang kurang akuntabel,” terang Karasavvas.
Baca Juga: Sejarah Lahirnya Astrologi dan Zodiak, Berasal dari Yunani Kuno
Baca Juga: Sejarah, Cinta Hingga Pertempuran di Perang Troya Yunani Kuno
Baca Juga: Dari Keringat Atlet sampai Kencan, Kebiasaan Aneh Orang Yunani Kuno
Baca Juga: Rahasia Panjang Umur Orang Yunani Kuno, Ternyata Akibat Minum Anggur
Ia juga menambahkan bahwa tugas-tugas tersebut datang dengan prestise yang tinggi, eskipun tidak diketahui bagaimana tugas-tugas itu diimplementasikan secara persis. “Yang kita ketahui adalah bahwa orang kaya melihatnya sebagai kompetisi,” ungkapnya.
Faktanya, tidak lebih dari beberapa ratus orang Athena yang kaya (beberapa sumber mencatat 300) secara sukarela membayar sebagian besar pajak, meskipun mereka tidak membayarnya secara langsung kepada negara. Sebaliknya, mereka memastikan bahwa layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat terpenuhi dan mereka diakui sebagai donatur yang hebat.
Dengan kata lain, seorang Athena yang kaya harus dapat membuktikannya dengan tindakan tersebut, maka ia akan dihormati oleh sesama warganya.
“Saya benar-benar berani mengatakan bahwa leitourgia tidak akan berhasil di Athena kuno jika orang-orang Yunani yang kaya itu dibesarkan dan dicuci otak oleh sistem kapitalis modern yang mendorong mereka untuk menyembah uang daripada martabat, jasa, dan bahkan ketenaran setelah wafat,” pungkas Karasavvas.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR