Baca Juga: Kelas Pejalan: Kiat Sukses Memotret Satwa di Alam Bebas
Selain itu, Kroasia juga menawarkan panduan umum tentang cara terbaik untuk menghindari pelanggaran.
“Secara umum, kode etik adalah sarana untuk menginformasikan kepada pengunjung kami mengenai ekspektasi destinasi dalam hal perilaku yang dapat diterima,” kata Ina Rodin, dari Kantor Pariwisata Nasional Kroasia.
Menurut Rodin, kode etik biasanya diterima dengan baik dan hanya ada sedikit penolakan sehubungan dengan kepatuhan.
O'Regan setuju bahwa berkomunikasi dengan turis dan mendidik mereka tentang budaya lokal adalah tindakan terbaik.
“Kita tidak dapat mengharapkan setiap turis menyadari setiap praktik budaya di tempat yang mereka tuju,” kata O’Regan.
Selandia Baru meluncurkan program “Janji Tiaki”. Saat mengampanyekan Tiaki, mereka meminta wisatawan untuk menjaga Selandia Baru. Wisatawan diharapkan bertindak sebagai penjaga, melindungi dan melestarikan tempat tinggal masyarakat. Sebagai gantinya, masyarakat menjanjikan sambutan hangat bagi mereka yang peduli.
Prinsip timbal balik seperti itu merupakan salah satu cara untuk menciptakan pariwisata yang bertanggung jawab. Tantangannya adalah mengembangkan strategi yang efektif untuk membawa wisatawan dan penduduk lokal ke dalam keselarasan yang lebih baik.
Apakah hal ini juga bisa diterapkan di beberapa tempat wisata di Indonesia?
Source | : | CNN,the conversation,The Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR