Tercatat, penumpasan kopi pertama kali terjadi di Makkah pada 1511, ketika Kha'ir Beg al-Mi'mar, seorang pejabat sekuler terkemuka pada rezim pra-Ottoman, memergoki orang-orang yang sedang minum kopi di luar masjid dan mengira mereka terlihat mencurigakan.
Baca Juga: Silsilah Keluarga dan Sejarah Para Sultan Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Vankulu Lügati, Buku Pertama yang Diterbitkan di Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Kesaksian Keindahan Ramadan Zaman Kekaisaran Ottoman di Turki
Detail dari tindakan keras tersebut masih diperdebatkan, tetapi ia menggunakan pembenaran agama untuk memerintahkan penghentian semua penjualan dan konsumsi kopi.
Tindakan keras terhadap peminum kopi kemudian terjadi lagi di Makkah, Kairo, Istanbul, serta wilayah Ottoman lainnya.
Upaya-upaya penumpasan awal ini dimotivasi oleh politik, agama, atau gabungan keduanya, tetapi bersifat sporadis dan tidak berlangsung lama karena kopi dianggap terlalu populer dan menguntungkan.
Sebenarnya Murad IV memiliki alasan khusus untuk membenci budaya kopi. Ia sangat mengkhawatirkan apabila terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan elite janissari.
Murad IV tahu persis bahwa para janissari yang telah didemobilisasi atau diberhentikan sering mengunjungi kedai kopi dan menggunakannya untuk merencanakan kudeta.
Keputusan untuk menjatuhkan hukuman mati bagi semua peminum kopi di ruang publik, merupakan bentuk kekejaman Murad IV. Ia juga memberikan hukuman mati bagi orang yang mengonsumsi tembakau dan opium di tempat umum.
Meskipun demikian, Murad IV tidak melarang seluruh penjualan kopi. Ia hanya mengincar kedai-kedai kopi yang hanya ada di ibu kota. Mengonsumsi kopi tetap diperbolehkan selama itu terjadi dalam ruang yang homogen secara sosial.
Aturan pelarangan meminum kopi di tempat umum merupakan salah satu langkah sultan untuk mempersulit para janissari atau pembangkang lainnya untuk bergerak.
Namun, pada akhir abad ke-18, tempat-tempat pertemuan yang lebih sekuler terus bermunculan, dan kelompok-kelompok pembangkang semakin menguat.
Menutup kedai kopi tidak lagi menjadi cara yang efektif untuk menumpas perbedaan pendapat, sehingga pelarangan pun berhenti. Meskipun demikian, para penguasa masih menempatkan mata-mata di berbagai kedai kopi untuk memantau obrolan anti-rezim.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | atlasobscura |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR