Nationalgeographic.co.id—Setelah beberapa tahun belajar, kelulusan adalah hal yang hal yang patut dirayakan. Di Indonesia, kelulusan dirayakan dengan acara khusus bersama guru dan teman seangkatan. Ternyata, tradisi perayaan kelulusan ini telah dilakukan sejak lama. Misalnya di era Kekaisaran Tiongkok, ada beragam cara sarjana merayakan kelulusan. Mulai dari perjamuan mewah hingga perjodohan.
Perjamuan Panggilan Rusa
Pada Dinasti Tang (618 – 907), ujian kekaisaran terdiri dari dua tingkat. Yang pertama diadakan oleh pemerintah prefektur dan dikenal sebagai ujian provinsi. Mereka yang berhasil lulus ujian provinsi diberi gelar jǔrén. Jǔrén memenuhi syarat untuk mengikuti ujian yang lebih tinggi, ujian metropolitan. “Ujian tersebut diadakan oleh kementerian ritus di ibu kota Kekaisaran Tiongkok saat itu,” tulis Sun Jiahui di laman The World of Chinese.
Secara tradisional, setelah ujian provinsi, pemerintah daerah akan mengadakan jamuan makan untuk jǔrén baru. Tujuannya adalah untuk menghargai upaya mereka di masa lalu dan mendorong mereka untuk berjuang agar semakin sukses.
Menurut Buku Baru Tang, perjamuan biasanya diselenggarakan oleh seorang pejabat tinggi. Dalam perjamuan itu, cendekiawan, pejabat setempat, dan bahkan selebritas diundang. Babi dan domba dikurbankan, orkestra dimainkan, dan yang paling penting, tuan rumah dan tamu akan menyanyikan “Deer Call” bersama-sama.
“Deer Call” adalah puisi yang dikumpulkan dalam Puisi Klasik, kumpulan puisi Tiongkok tertua yang menampilkan puisi dan balada dari abad ke-11 hingga ke-6 Sebelum Masehi.
Bait pembuka berbunyi: “Rusa memanggil satu sama lain; makan rumput di ladang. Saya memiliki tamu yang mengagumkan hari ini; suara kecapi dan seruling.”
Diyakini bahwa puisi itu awalnya dinyanyikan oleh kaisar ketika dia mengadakan pesta untuk menghibur para menterinya. Tindakan itu sebagai bentuk penghormatan penguasa terhadap orang-orang berbakat. Oleh karena itu, Perjamuan Panggilan Rusa dianggap sebagai tanda penghormatan dari pemerintah kepada jǔrén baru.
Namun, rasa hormat itu lebih jauh lagi, dengan pejabat pemerintah atau bangsawan setempat juga mencari cendekiawan untuk disponsori. The Records of Siming, sebuah kronik lokal dari Ningbo yang diterbitkan pada dinasti Qing (1616 – 1911), mencatat satu Perjamuan Panggilan Rusa di Ningbo. Pada perjamuan itu, setiap jǔrén diberikan 300 guan koin (1 guan koin bisa membeli sekitar 96 kilogram beras).
Perjamuan Pembakaran Ekor
Tidak semua perayaan adalah urusan publik yang besar. Ketika kerabat datang untuk memberi selamat, siswa tersebut akan mentraktir mereka makan malam pribadi. Perayaan ini dikenal sebagai “Perjamuan Pembakaran Ekor” selama dinasti Tang.
Berbagai cerita rakyat menawarkan penjelasan untuk nama tersebut. Semua kisah berhubungan dengan perubahan identitas dan peringkat yang dinikmati oleh sarjana setelah lulus ujian.
Seseorang menyamakan makna dengan gagasan bahwa ketika binatang berubah menjadi manusia, ekornya akan tetap ada kecuali dibakar.
Versi lain mengklaim bahwa ketika domba bergabung dengan kawanan baru, ia hanya akan diterima jika ekornya terbakar. Sementara yang lain merujuk pada legenda di mana ikan mas harus melompati air terjun bernama Pintu Naga untuk berubah menjadi naga. Namun ikan tersebut harus terlebih dahulu membakar ekornya sendiri agar transformasi dapat bekerja.
“Ketiga penjelasan tersebut menunjukkan bahwa 'ekor yang terbakar' melambangkan perubahan identitas seseorang setelah lulus ujian kekaisaran,” tambah Sun.
Namun, begitu Kaisar Xuanzong naik takhta pada tahun 712, istana Tang menganjurkan penghematan. Maka tradisi jamuan bakar ekor itu berangsur-angsur mati.
Perjamuan Qujiang
Jika seorang jǔrén berhasil lulus ujian metropolitan yang lebih tinggi, mereka dapat menantikan putaran perjamuan berikutnya. Salah satunya adalah Perjamuan Qujiang. Itu sebenarnya merupakan serangkaian pesta yang diadakan di sebuah kolam terkenal di ibu kota Tang, Chang'an.
Pesta pertama dalam Perjamuan Qujiang adalah “Perjamuan Mendengar Kabar Baik”. Pesta ini biasanya diadakan pada hari yang sama hasil ujian diumumkan. Menurut teks sejarah Extensive Continuations to the Comprehensive Mirror in Aid of Governance, kandidat yang berhasil akan minum alkohol bersama di perjamuan dan terkadang membuat puisi.
Karena sebagian besar kandidat ini akan menjadi kolega di masa depan, jamuan itu dipandang sebagai kesempatan sosial yang penting untuk membangun jaringan.
Bagian penting lainnya dari Perjamuan Qujiang adalah “Perjamuan Guan”. Orang yang lulus ujian metropolitan tidak langsung menjadi pejabat pemerintah. Mereka harus mengikuti ujian lain yang jauh lebih mudah yang diadakan oleh kementerian urusan personalia resmi. Ini dikenal sebagai ujian masuk.
Perjamuan Guan diadakan setelah ujian masuk. Karena kandidat yang berhasil akan segera dikirim ke berbagai daerah di kekaisaran untuk bekerja, dan mungkin tidak akan bertemu lagi selama bertahun-tahun, perjamuan ini juga disebut “Perjamuan Perpisahan”.
Banyak pejabat tinggi dan bangsawan akan muncul di Perjamuan Qujiang, terutama mereka yang memiliki anak perempuan yang belum menikah. Mereka akan datang menemui para sarjana muda, dengan harapan menikahkan putri mereka dengan pria yang cocok.
Berbeda dengan Perjamuan Panggilan Rusa di mana pemerintah membayar untuk pesta itu, Perjamuan Qujiang umumnya dibayar oleh para sarjana sendiri. Biaya yang cukup besar bagi mereka yang berasal dari latar belakang keluarga miskin.
Baca Juga: Wan Zhener, Harem Paling Berkuasa di Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Bebek Peking, Sajian Favorit Kaisar Tiongkok yang Jadi Simbol Nasional
Baca Juga: Zhang Xun, Jenderal Hebat Dinasti Tang Dikritik Izinkan Kanibalisme
Baca Juga: Nubuat, Kunci para Kaisar Tiongkok dalam Mempertahankan Takhta
Menurut Buku Baru Selatan, kumpulan anekdot dari dinasti Tang, kandidat bernama He Shican pernah bertanggung jawab untuk mengadakan perjamuan.
Ia pun mengumpulkan uang dari para tamu. Setelah uang terkumpul, ia menyadari bahwa semua itu masih belum cukup untuk membiayai pesta. He Shican pun menolak untuk memulai pesta sampai semua peserta membayar iuran mereka. Para tamu mengolok-oloknya karena sifat cerewetnya, dan acara tersebut kemudian dikenal sebagai “Perjamuan He Shican Mengeklaim Hutang”.
Beruntung bagi para peserta ujian, kemudian di Dinasti Tang dan Lima Dinasti, pemerintah mulai mensponsori semua “Perjamuan Mendengar Kabar Baik”.
Kini di Tiongkok modern, perjamuan kelulusan dilakukan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih pada pengajar. Namun tidak jarang perjamuan kelulusan dikritik sebagai pemborosan belaka.
Source | : | The World of Chinese |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR