"Pengurangan formasi AABW menghasilkan pemanasan dan penuaan laut abisal atau zona dasar laut, konsisten dengan pengukuran baru-baru ini."
Sebaliknya, angin yang diproyeksikan dan pemaksaan termal berdampak kecil pada sifat, usia, dan volume AABW. Hasil ini menyoroti pentingnya air lelehan Antarktika dalam membuat samudra abyssal terbalik, dengan implikasi untuk biogeokimia samudra global dan perubahan iklim yang dapat bertahan selama berabad-abad.
Dampak penurunan terbalik Antarktika
Dengan runtuhnya arus laut dalam ini, lautan di bawah 4000 meter akan macet. "Ini akan menjebak nutrisi di laut dalam, mengurangi nutrisi yang tersedia untuk mendukung kehidupan laut di dekat permukaan laut," kata Prof England.
Rekan penulis Steve Rintoul dari CSIRO dan Kemitraan Program Antarktika Australia mengatakan simulasi model menunjukkan perlambatan jungkir balik, yang kemudian menyebabkan pemanasan cepat di laut dalam.
"Pengukuran langsung memastikan bahwa pemanasan laut dalam memang sudah terjadi," kata Rintoul.
Baca Juga: Singkap Tanda Peringatan Runtuhnya Lapisan Es Antarktika di Masa Depan
Baca Juga: Peneliti Menemukan Meteorit Seberat 7 Kilogram Lebih di Antarktika
Baca Juga: Sungai Panjang di Bawah Antarktika Memengaruhi Aliran dan Pencairan Es
Baca Juga: Ilmuwan Amati Perubahan Musiman dalam Pergerakan Lapisan Es Antarktika
Studi tersebut menemukan es yang mencair di sekitar Antarktika membuat perairan laut di dekatnya menjadi kurang, yang memperlambat sirkulasi terbalik Antarktika," kata Adele Morrison, juga dari ACEAS dan ANU Research School of Earth Sciences.
"Mencairnya lapisan es Antarktika dan Greenland diperkirakan akan terus meningkat saat planet ini menghangat."
Studi mereka ini menunjukkan bahwa pencairan lapisan es berdampak dramatis pada sirkulasi balik yang mengatur iklim Bumi.
"Kita berbicara tentang kemungkinan kepunahan jangka panjang dari massa air ikonik," kata Prof England.
"Perubahan besar seperti itu terhadap pembalikan panas, air tawar, oksigen, karbon, dan nutrisi di lautan akan memiliki dampak buruk yang signifikan pada lautan selama berabad-abad yang akan datang."
Source | : | Nature,University of New South Wales |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR