Nationalgeographic.co.id—Menurut catatan sejarah, Tiongkok adalah tempat kelahiran sepak bola, sama seperti penemuan penting lainnya seperti bubuk mesiu dan mesin cetak. Namun, belahan dunia lainnya juga memiliki aktivitas serupa sepak bola, seperti peradaban Amerika kuno pada 3.000 tahun silam. Saat itu, sepak bola dimainkan tanpa aturan khusus.
Pertandingan yang diketahui pertama kali di dunia, dimainkan antara penduduk dua desa, yang bekerja di ladang. Sepak bola di Kekaisaran Ottoman dimulai menjelang kuartal terakhir abad ke-19.
Gairah sepak bola di Kekaisaran Ottoman sejatinya lahir dari bangsa asing, dengan pertandingan sepak bola pertama dimainkan di kota-kota seperti İzmir dan Thessaloniki.
"Keluarga La Fontaine dari İzmir mendirikan klub sepak bola dan rugbi Bournabat bersama dengan keluarga Inggris lainnya yang tinggal di kota," tulis Erhan Afyoncu kepada Daily Sabah. Ia menulisnya dalam artikel berjudul Football passion: Introduced by foreigners became a national pride terbitan 2 April 2018.
James La Fontaine, seorang berkebangsaan Prancis yang tinggal di Inggris, kemudian memperkenalkan sepak bola di İzmir. Setelahnya ia memutuskan untuk pindah ke Istanbul pada tahun 1889 dan sepak bola mulai populer di sana pada akhir tahun 1880-an.
Adapun "Ekspatriat dan warga Ottoman non-Muslim bermain sepak bola di distrik kota Kadıköy dan Moda," imbuh Erhan.
Ekspatriat dan warga Ottoman non-Muslim biasa pergi ke Kuşdili atau padang rumput lain di Istanbul pada akhir pekan untuk bersenang-senang dan bermain sepak bola.
Namun, segala tindakan terkait sepak bola tetap diawasi pada masa pemerintahan Sultan Abdülhamid II. Sekuritas Ottoman akan selalu melacak kondisi pemain sepak bola dan bahkan mengikuti mereka.
Ekspatriat dari berbagai negara, terutama dari Inggris, bermain sepak bola di beberapa tempat di sisi Anatolia Istanbul. Kuşdili, Göksu dan Küçüksu adalah beberapa tempat yang paling disukai untuk menggelar pertandingan sepak bola.
Laporan sejarah menunjukkan bahwa otoritas Ottoman saat itu diganggu oleh kerumunan orang yang akan bertanding sepak bola. Gubernur Üsküdar mengikuti orang-orang yang bermain sepak bola dan melaporkan mereka ke otoritas pusat.
Ketika diselidiki, pihak otoritas Ottoman menggambarkan permainan itu dimainkan dengan bola yang terbuat dari ban di area yang dikelilingi dengan dua pintu di kedua ujungnya—kala itu otoritas menjuluki gawang dengan "pintu."
Seketika menjadi tren, penduduk Kandilli, Tarabya, Bebek, Beyoğlu, Kadıköy dan Moda, serta staf Kedutaan Besar Inggris, dan siswa di sekolah Inggris, Italia, Prancis, dan Yunani di banyak titik di Turki mulai bermain sepak bola.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR