"Raden Fatah dan Kesultanan Demak merupakan representasi sinergi antara kekuasaan kesultanan dan pengembangan tradisi keilmuan Islam di Demak," imbuh Zaki.
Sebagaimana diketahui bahwa entitas bentuk Masjid Agung Demak dibentuk dengan unik dan khas. Itulah yang dapat membedakannya dengan masjid-masjid di wilayah lain di belahan dunia manapun.
Dengan bentuk atap geometris piramida tersusun tiga semakin keatas semakin kecil pada bangunan induk (dalem) dan atap limasan pada bangunan serambi (pendopo).
Masjid ini dinamakan dengan masjid dengan tipe tajug yaitu atap dengan model piramida, meskipun pada bangunan serambinya beratap limasan. Tipe tajug adalah tipe masjid Jawa merupakan dasar bangunan ibadah yang sangat spesifik pada Masjid Agung Demak.
Apabila dibagi menjadi tiga bagian yaitu; kepala, badan, dan kaki, tampak bahwa masjid ini memiliki elemen-elemen yang berada pada tiga bagian tersebut serta memperlihatkan struktur bangunannya.
Secara garis besar pola ruang linier Masjid Agung Demak terdiri dari ruang serambi dan ruang utama. Kedua ruang tersebut memiliki teritori dengan karakter masing-masing dengan kesesuaian ruangruangnya dengan berbagai elemen dan sifatnya.
Bangunan induk yang merupakan ruang utama Masjid Agung Demak ditandai dengan denah bujursangkar, memiliki empat soko guru di tengah bangunan, dinding bata pada tiap sisi-sisinya, pintu dan jendela, dan beratap tajug berjenjang tiga.
Baca Juga: Menelusuri Ramai dan Megahnya Kota Pelabuhan di Jepara Zaman VOC
Baca Juga: Surawisesa Beri Portugis Sunda Kelapa, Pajajaran Dihajar Demak-Cirebon
Baca Juga: Iktikaf Ramadan Dipanagara di Masjid Imogiri Mendorong Perang Jawa
Baca Juga: Jejak Diplomasi Politik Mataram Jawa dan Madura di Masjid Sampangan
Baca Juga: Masjid Syarif, Perdikan Keraton dalam Dakwah Kiai Syarif di Kartasura
Ruang mihrab atau tempat imam shalat, sebagai penanda orientasi ke arah kiblat yang menjadikan masjid secara keseluruhan memiliki orientasi sesuai dengan syari’at Islam yaitu ke arah kiblat yaitu Ka’bah di Mekah.
Empat buah soko guru yang terletak ditengah ruang utama menghadirkan konsep axis mundi atau poros bangunan induk masjid.
Ruang pendopo masjid bersifat profan dan terbuka, bangunan tanpa dinding. Delapan soko Majapahit pada tengah ruangan ditambah soko (penyangga) disekelilingnya, ditutup atap limasan.
Keindahan khas arsitektural Jawa yang melekat pada setiap elemen masjid, mengeratkan kaitannya dengan sejarah penyebaran Islam para Walisanga di Pulau Jawa. Hal itu juga yang dibuktikan oleh Masjid Agung Demak dan persebaran Islam yang pesat.
Source | : | Eprints undip |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR