Nationalgeographic.co.id - Hasil analisis baru dari para ilmuwan di Jerman mengungkapkan bahwa Perunggu Benin ternyata dibuat dari mata uang yang digunakan Eropa untuk membeli budak Afrika. Mereka menemukan bahwa sebagian besar logam itu ditambang di Jerman barat.
Perunggu Benin adalah sekitar 3.000 patung yang merupakan karya seni perunggu menakjubkan yang dipahat oleh pandai besi Afrika antara abad ke-16 dan ke-19. Temuan tersebut benar-benar tidak terduga dan tidak diperkirakan sebelumnya.
Untuk diketahui, mata uang yang digunakan orang-orang Eropa masa lalu untuk membeli budak Afrika berbentuk gelang atau borgol yang disebut manilla.
Entah bagaimana, gelang-gelang itu kemudian dikumpulkan seniman pandai besi di Afrika pada abad itu dan kemudian dilebur dan dibuat menjadi ribuan patung yang fenomenal. Patung itu kemudian disita Inggris saat menginvasi Kerajaan Benin pada masa kolonial.
Para peneliti telah lama menduga bahwa patung-patung yang dibuat dengan ahli, dibuat oleh orang-orang Edo dari Kerajaan Benin, sekarang menjadi bagian dari Nigeria modern dibuat dari manilla.
Manilla adalah mata uang orang Eropa untuk membeli budak dari Afrika selama perdagangan budak trans-Atlantik. gelang itulah yang ternyata dilebur dan dibuat menjadi ribuan patung perunggu, tetapi konfirmasi tersebut sebelumnya sulit dipahami.
Sekarang, para ilmuwan telah menggunakan gelang logam ini, yang disebut manilla, yang ditemukan dari bangkai kapal Atlantik berusia lima abad untuk melacak asal karya seni tersebut.
Mereka memastikan bahwa logam yang mereka temukan di bangkai kapal tersebut merupakan logam yang sama seperti yang digunakan untuk membuat patung Perunggu Benin. Logam itulah yang digunakan kembali yang awalnya digunakan untuk membeli orang yang diperbudak.
Dengan menelusuri logam manilla, para peneliti menemukan mayoritas telah ditambang dari Jerman barat. Mereka menerbitkan temuan mereka pada 5 April di jurnal PLOS One.
"Perunggu Benin adalah karya seni kuno paling terkenal di seluruh Afrika Barat," penulis pertama studi Tobias Skowronek, seorang peneliti teknik dan ilmu material di Technical University Georg Agricola di Jerman, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterima Live Science.
"Akhirnya, kami dapat membuktikan hal yang sama sekali tidak terduga: kuningan yang digunakan untuk mahakarya Benin, yang telah lama diperkirakan berasal dari Inggris atau Flanders (Belgia), ditambang di Jerman barat," katanya.
"Manilla Rhineland kemudian dikirim lebih dari 6.300 kilometer ke Benin. Ini adalah pertama kalinya hubungan ilmiah dibuat."
Manilla, yang mendapatkan namanya dari kata Spanyol untuk borgol atau gelang tangan, berfungsi sebagai mata uang bagi para budak Eropa, yaitu Inggris, Portugis, Spanyol, Denmark, Belanda, dan Prancis.
Mereka berlayar ke Afrika untuk menukar jutaan gelang ini dengan emas, gading, dan budak. Orang-orang Eropa membawa gelang atau borgol tersebut untuk membeli budak-budak dari Afrika untuk dibawa ke Eropa.
Manilla sangat dihargai di Afrika, dengan berbagai jenis diperdagangkan di antara orang-orang yang berbeda kemudian dibuat menjadi patung.
Kemudian, pada tahun 1897, pasukan Inggris menginvasi Benin sebagai bagian dari ekspedisi militer hukuman, mengubah istana kerajaan Benin menjadi puing-puing. Inggris menyita Perunggu Benin sebelum menjualnya ke museum di seluruh Eropa dan AS.
Untuk melacak asal muasal gelang tersebut, para peneliti melakukan analisis kimia pada 67 manilla yang ditemukan di lima bangkai kapal Atlantik yang membentang dari Selat Inggris ke Cape Cod, Massachusetts, dan di situs penggalian darat di Ghana, Sierra Leone, dan Swedia.
Baca Juga: Perdagangan Budak Belanda di Transatlantik, Dari Afrika hingga Amerika
Baca Juga: Ada Berapa Banyak Orang yang Diperbudak di Dunia Ini?
Baca Juga: Still Standing: Sebuah Seni Peringatan Serangan Inggris terhadap Benin
Dengan membandingkan unsur-unsur yang ditemukan di dalam manilla, bersama dengan rasio isotop timbalnya (varian timbal dengan jumlah neutron yang berbeda dalam intinya), dengan yang ada di dalam Perunggu Benin, para ilmuwan menemukan bahwa keduanya mirip dengan bijih yang terletak di wilayah, Rhineland Jerman.
Para ilmuwan mencatat bahwa temuan mereka sangat cocok dengan bukti dari sumber sejarah. Misalnya, kontrak tahun 1548 antara keluarga pedagang Jerman dan raja Portugis merinci persyaratan khusus untuk produksi dua jenis manilla.
Masing-masing untuk wilayah berbeda di Afrika di mana satu jenis manilla tertentu lebih dihargai dengan hati-hati menetapkan beratnya, tingkat kualitas, dan bentuk.
Penemuan ini menambah dimensi ekstra pada keterlibatan Jerman dengan Perunggu Benin, dan pada kisah yang lebih luas tentang bagian negara itu dalam kolonisasi Eropa di Afrika.
Sebelum temuan ini, sebagian besar sejarawan memusatkan perhatian pada upaya mencegah kolonisasi Jerman setelah Konferensi Berlin 1884-1885, di mana kekuatan Eropa bertemu untuk menyepakati pembagian Afrika menjadi wilayah pengaruh yang berbeda.
Nigeria dan Pemerintah Negara Bagian Edo telah lama mengajukan petisi untuk mengembalikan karya seni tersebut, yang koleksi terbesarnya ada di British Museum di London.
Museum Horniman, museum Inggris lainnya, serta Cambridge University, telah mengembalikan koleksi Perunggu Benin mereka, bersama dengan museum di Jerman dan AS.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR