Nationalgeographic.co.id—Gelombang panas yang intens dan berskala besar telah menyelimuti sebagian besar wilayah Asia selama beberapa pekan terakhir. Gelombang panas ini telah memecahkan rekor lama di wilayah tersebut.
Gelombang panas ini menghampar dari India ke Tiongkok selatan hingga Thailand. Akibatnya, panas yang menyesakkan telah terjadi di banyak daerah daratan Asia pada awal tahun ini.
Hasil studi menunjukkan bahwa daratan Asia sangat rentan terhadap dampak panas ekstrem. Secara khusus, Tiongkok dan India sendiri adalah rumah bagi sepertiga populasi dunia.
Hubungan antara gelombang panas yang lebih sering dan parah dan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sudah jelas.
Sebab, seiring dengan meningkatnya laju perubahan iklim, peristiwa yang sebelumnya memiliki probabilitas rendah dan berdampak tinggi kini jadi lebih sering terjadi.
Peristiwa gelombang panas pada April 2023 ini adalah contoh dampak perubahan iklim.
Tercatat, pada hari Senin pertengahan bulan April 2023 misalnya, suhu di wilayah Prayagraj di India mencapai 44,6°C. Wilayah Bangladesh juga mengalami suhu yang melebihi angka 40°C.
"Itu hanya akan menjadi lebih buruk," kata ahli iklim sekaligus sejarawan cuaca Maximiliano Herrera, seperti dikutip dari lama Axios.
Di Tiongkok, suhu telah melebihi 35°C di beberapa provinsi. Pada hari Senin yang sama, lebih dari 100 stasiun cuaca memecahkan rekor suhu tinggi bulanan mereka. Rekor panas jatuh di selusin provinsi di China.
Pada tanggal 15 April, Thailand menetapkan rekor suhu tertinggi untuk setiap bulan, menandai pertama kalinya negara itu melampaui 45°C.
Provinsi Tak, di barat laut Thailand, naik menjadi 45,4°C. Banyak lokasi lain juga mencetak rekor sepanjang masa pada hari itu.
Herrera menyebut peristiwa ini sebagai "gelombang panas terburuk dalam sejarah Asia" mengingat jejak, tingkat keparahan, dan waktunya, yang mencakup setidaknya selusin negara.
Source | : | Financial Times,AFP,axios.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR