Nationalgeographic.co.id - Populer di seluruh dunia, makanan khas Jepang ternyata menyimpan kekuatan tersembunyi yang menarik perhatian para ilmuwan. Mereka menemukan, bahwa makanan Jepang memiliki kemampuan menghambat perkembangan fibrosis hati.
Fibroris hati adalah salah satu jenis hepatitis atau radang yang terjadi pada hati. Gejalanya ditandai dengan jaringan parut yang memenuhi hati dan ketika hati dipenuhi jaringan parut, hati tidak lagi mampu berfungsi dengan baik.
Jaringan parut itu muncul ketika metabolisme tubuh mencoba untuk menutup luka yang terjadi pada hati. Fibrosis sendiri terjadi ketika peradangan yang terjadi semakin parah dan tidak diobati atau dicegah dengan gaya hidup sehat.
Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan di jurnal nutrients dengan judul "Severity of Liver Fibrosis Is Associated with the Japanese Diet Pattern and Skeletal Muscle Mass in Patients with Nonalcoholic Fatty Liver Disease."
Seperti diketahui, makanan Jepang sangat populer di seluruh dunia dan telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Ada sistem penilaian bernama "Indeks Diet Jepang yang dimodifikasi dalam 12 komponen (mJDI12)," yang berfokus pada asupan pola diet Jepang.
Itu mencakup 12 makanan dan kelompok makanan: nasi, sup miso, acar, produk kedelai, sayuran hijau dan kuning, buah-buahan, makanan laut, jamur, rumput laut, teh hijau, kopi, serta daging sapi dan babi.
Skor berkisar dari 0 hingga 12, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan pola makan yang sesuai dengan pola makanan Jepang.
Para ilmuwan dalam kelompok penelitian yang dipimpin oleh Hideki Fujii M.D. dan Lektor kepala Yoshinari Matsumoto di Osaka Metropolitan University menganalisis hubungan antara makanan yang dinilai oleh mJDI12, massa otot, dan perkembangan fibrosis hati pada 136 pasien.
Analisis tersebut dikaitkan dengan penyakit hati berlemak non alkohol (NAFLD) yang menghadiri Osaka Metropolitan University Hospital.
Penyakit hati
Penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD) adalah jenis penyakit hati yang meliputi hati berlemak sederhana dan steatohepatitis, bukan disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan.
Sementara, Patogenesis steatohepatitis nonalkohol (NASH) dengan peradangan jaringan hati penting dalam NAFLD, karena perkembangan NASH menyebabkan sirosis, gagal hati, dan risiko karsinoma hepatoseluler.
NASH merupakan suatu kondisi lanjutan dari hati berlemak atau fatty liver yang terjadi tanpa adanya riwayat penyalahgunaan konsumsi alkohol. Istilah NASH pertama sekali disampaikan pada tahun 1980, untuk menggambarkan temuan hasil biopsi pada pasien dengan steatohepatitis tanpa adanya riwayat konsumsi alkohol dalam jumlah yang signifikan.
NAFLD juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian terkait penyakit kardiovaskular dan kematian total, yaitu penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
Beberapa tinjauan ahli telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan adalah satu-satunya obat yang mencegah perkembangan NAFLD dan bahwa penurunan berat badan dengan modifikasi gaya hidup, termasuk diet dan olahraga, adalah hal yang diinginkan.
Faktor lain, seperti kualitas dan komposisi diet, telah dikaitkan dengan perkembangan NAFLD.
Pola diet Mediterania—yang sebagian besar terdiri dari makanan nabati dan minyak zaitun, dan relatif sedikit produk hewani, telah terbukti mengurangi akumulasi lemak hati dan resistensi insulin dalam studi intervensi pasien dengan NAFLD.
Dan studi observasional juga melaporkan bahwa peningkatan skor diet Mediterania yang menunjukkan pola diet yang mirip dengan diet Mediterania, dikaitkan dengan peningkatan pengukuran massa lemak hati pada pasien NAFLD.
Pengaruh asupan makanan Jepang
"Kami merekrut 200 pasien dengan dugaan perlemakan hati pada ultrasonografi dari September 2021 hingga November 2022 untuk studi kohort prospektif pasien berusia 20 tahun atau lebih yang menghadiri Departemen Hepatologi, Osaka Metropolitan University Graduate School of Medicine.
"Kami melakukan analisis cross-sectional menggunakan data dasar. Dari 200 pasien, kami mengecualikan 9 pasien dengan asupan alkohol berlebihan, 32 pasien yang survei dietnya tidak dapat dilakukan."
Baca Juga: Studi Baru: Makanan fermentasi dan Serat Dapat Menurunkan Stres
Baca Juga: Walau Ada Berbagai Sayuran dalam Burger, Mengapa Tidak Sehat?
Baca Juga: Ternyata Mengubah Isi Piring Dapat Menyelamatkan Kesehatan dan Bumi
Selanjutnya "Satu pasien yang diet-dietnya tidak dapat dilakukan dan hasil survei tidak dilaporkan, 20 pasien yang penilaian komposisi tubuhnya tidak dapat dilakukan, dan 22 pasien yang hasil pindai USG-nya tidak dapat divalidasi."
Karena 20 pasien yang dikecualikan dikategorikan dalam dua kondisi di atas, 64 pasien dikeluarkan dan 136 pasien dimasukkan dalam analisis akhir.
Dari hasil analisis yang mereka peroleh, kelompok penelitian itu kemudian menemukan hal berikut: kelompok dengan mJDI12 yang lebih tinggi menunjukkan tingkat perkembangan fibrosis hati yang lebih rendah.
Selain itu, di antara pola diet orang Jepang, asupan produk kedelai, makanan laut, dan rumput laut yang tinggi menunjukkan efek supresif terhadap perkembangan fibrosis hati.
Selain itu, kelompok dengan asupan produk kedelai yang lebih tinggi memiliki massa otot yang lebih tinggi, dan kelompok dengan massa otot yang lebih tinggi memiliki tingkat perkembangan fibrosis hati yang lebih rendah.
“Studi ini menunjukkan bahwa pola diet orang Jepang mungkin efektif sebagai pengobatan diet untuk pasien NAFLD. Kami berharap studi intervensi lebih lanjut akan mengarah pada pembentukan pola makan yang efektif untuk pasien tersebut,” Profesor Matsumoto menyimpulkan.
Source | : | Nutrients,Osaka Metropolitan University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR