Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan di Eropa mengeluarkan seruan untuk mitigasi gelombang panas yang terjadi saat ini. Mereka menyerukan Heat Stress Indices atau Indeks Tekanan Panas perlu dimasukan dalam komunikasi gelombang panas dan perlu adanya rantai tanggung jawab.
Seruan tersebut terkait dengan catatan pada musim panas 2022 lalu di Eropa. Lebih dari 20.000 kematian berlebih di Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris Raya terkait dengan cuaca yang sangat panas.
Oleh karena itu, para peneliti menilai perlu adanya tindakan pencegahan dan komunikasi yang memadai tentang kondisi berbahaya dan risiko gelombang panas yang sedang terjadi saat ini.
Penilaian tersebut termasuk dalam konteks pemanasan global saat model iklim menunjukkan fakta, bahwa gelombang panas ekstrem cenderung meningkat baik dalam frekuensi maupun besarnya hingga saat ini.
Para peneliti dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal), sebuah pusat yang didukung oleh Yayasan "la Caixa", dan London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) memperingatkan pentingnya komunikasi yang tepat untuk mitigasi gelombang panas.
Mereka menjelaskan komunikasi tersebut yang diterbitkan di npj Climate and Atmospheric Science dengan judul "Importance of humidity for characterization and communication of dangerous heatwave conditions."
Menurut mereka, hanya mengandalkan suhu yang diharapkan dalam komunikasi kondisi gelombang panas yang berbahaya tidak cukup untuk memberi tahu orang-orang tentang risiko kesehatan yang sebenarnya.
Tim menyerukan penggunaan secara luas apa yang disebut Indeks Tekanan Panas atau Heat Stress Indices, yang selain suhu, juga memperhitungkan faktor meteorologi lainnya seperti kelembapan, untuk mengomunikasikan dampak kondisi tekanan panas yang ekstrem dengan lebih baik.
“Ini adalah rangkaian kondisi meteorologi yang lebih luas yang dapat memengaruhi respons seseorang terhadap panas di luar ruangan—mulai dari suhu sekitar, serta kelembapan udara sekitar," kata Malcolm Mistry, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) dan Ca' Foscari University of Venice, dan anggota tim penulis studi tersebut.
Kemudian "Kondisi angin yang ada, paparan sinar matahari langsung versus berada di tempat teduh, dan akhirnya durasi total paparan terhadap kondisi seperti itu."
Menurut mereka, hanya mengomunikasikan suhu maksimum yang diharapkan, mungkin tidak selalu mencerminkan bahaya sebenarnya dari gelombang panas yang sedang berlangsung.
"Misalnya, suhu lingkungan yang sama sebesar 35°C dapat membuat tidak nyaman pada kelembapan rendah tetapi berbahaya bagi kesehatan manusia pada kelembapan tinggi, bahkan untuk waktu yang singkat," kata mereka.
Meskipun ambang resistensi setiap orang terhadap panas bervariasi sesuai dengan sejumlah faktor individu, indeks tekanan panas yang berbeda telah dirancang untuk menggambarkan dampak kondisi meteorologi pada tubuh manusia, termasuk titik kondisi yang dialami dapat menjadi ancaman bagi manusia.
Perbedaan Persepsi tentang “Zona Berbahaya”
Tim melihat gelombang panas yang memecahkan rekor baru-baru ini di Eropa, Amerika Utara, dan Asia dan membandingkan peta suhu harian maksimum dengan indeks tekanan panas harian maksimum.
Wilayah geografis tempat indeks panas menunjukkan risiko tekanan panas tertinggi tidak selalu sama dengan wilayah tempat suhu tertinggi tercatat.
Misalnya, selama gelombang panas di Eropa pada Juni dan Juli 2019, catatan menunjukkan bahwa Spanyol bagian tengah dan timur laut mengalami suhu tertinggi.
Namun, dengan menghitung indeks tekanan panas, para peneliti menemukan bahwa daerah dengan kondisi paling kritis berada di Prancis, Belgia, dan Belanda, negara-negara yang melaporkan kematian berlebih sebanyak 2.500 kematian.
Kasus lain yang disebutkan adalah episode panas ekstrem yang terjadi di bagian barat Kanada dan Amerika Serikat bagian barat laut pada Juni 2021.
Sementara suhu maksimum tercatat di negara bagian Washington dan Oregon, indeks tekanan panas mengungkapkan bahwa provinsi Kanada seperti Alberta, Wilayah Barat Laut, dan British Columbia juga mengalami kondisi berbahaya, dengan yang terakhir mencatat 600 kematian terkait gelombang panas.
Yang menggembirakan, indeks panas semakin banyak diimplementasikan dalam prakiraan cuaca oleh layanan meteorologi di seluruh dunia. Beberapa contohnya termasuk humidex di Kanada, UTCI di Jerman, dan Indeks Panas di AS.
“Apa yang masih kurang adalah indeks panas dikomunikasikan kepada penduduk secara teratur seperti yang biasanya dilakukan dengan menggunakan suhu," kata penulis utama Ivana Cvijanovic.
“Ini dapat dibantu oleh komunitas ilmiah yang mencapai konsensus tentang indeks panas mana yang paling baik untuk dikomunikasikan dan tingkat bahaya mana yang digunakan.”
Gelombang panas lain yang dilihat tim adalah gelombang panas besar yang melanda India dan Pakistan pada Mei 2022, ketika suhu tercatat lebih dari 50°C. Sekali lagi, indeks panas mengungkapkan zona bahaya yang tidak terbatas pada zona dengan suhu tertinggi.
Baca Juga: Gelombang Panas Jadi Ancaman Negara yang Belum Terpapar Sebelumnya
Baca Juga: Besarnya Efek Riak dari 'Gelombang Panas Terburuk dalam Sejarah Asia'
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Gelombang Panas Menghantam Dasar Lautan
"Episode panas ekstrem yang mendorong manusia ke ambang kelangsungan hidup, seperti yang tercatat di India dan Pakistan pada Mei 2022, kemungkinan akan menjadi lebih sering seperti yang disorot oleh model iklim, dan kita perlu melakukan segala yang kita bisa untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya," kata Xavier Rodó, salah satu penulis.
Rodó yang juga kepala program Iklim dan Kesehatan ISGlobal mengatakan, sayangnya, data kesehatan dari gelombang panas ini tidak tersedia dan pasti akan berguna bagi komunitas ilmiah dan medis.
Padahal itu penting untuk lebih memahami sifat dan tingkat dampak dari gelombang panas yang sangat besar tersebut, dan untuk mendidik kita tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk masalah tersebut.
“Pelajaran dari gelombang panas besar baru-baru ini menunjukkan bahwa diperlukan protokol yang lebih baik untuk tindakan selama gelombang panas," kata Ivana Cvijanovic.
Kemudian, katanya, setelah peringatan meteorologi dikeluarkan, perlu ada rantai tanggung jawab yang jelas.
"Pihak berwenang perlu bertindak segera dan mengetahui kapan harus menutup sekolah atau menghentikan kegiatan olahraga luar ruangan, membuka pusat pendingin untuk populasi yang rentan secara sosial dan memastikan tanggap darurat yang memadai,” katanya.
Source | : | Nature,EurekAlert! |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR