Setelah itu, bubuk atau cairan ini diberikan dengan pengolesan melalui jarum pada lapisan lemak di antara kulit dan otot (subkutan) pada lengan atau kaki. Subkutan ini diberikan kepada orang yang belum terinfeksi dan masih sehat. Orang yang sehat akan terinfeksi sebagai efek samping, tetapi akan berkurang secara signifikan dan kebal.
Metode inokulasi ini sebenarnya tidak benar-benar murni dari Kekaisaran Turki. Metode ini sebenarnya sudah sangat primitif dalam peradaban manusia, hanya saja terlupakan dari catatan perawatan kesehatan di Eropa.
Di Afrika, tepatnya di Liberia selatan, ternyata punya metode yang sama, menurut Cotton Maher, seorang pendeta dari Boston, ketika melakukan pelayanan di sana. Wales juga sudah mengenal metode ini sejak tahun 1600-an, menurut Perrot Williams dan Richard Wright, dua dokter Wales. Mereka semua lekas memberi laporan ini ketika catatan Lady Montagu jadi bahan pembicaraan.
Baca Juga: Tabib Kekaisaran Ottoman Temukan Vaksin Cacar Lebih Dulu dari Eropa
Baca Juga: Seberapa Cepat Kekebalan COVID-19 pada Penerima Vaksin Memudar?
Baca Juga: Ilmuwan Bingung, Mengapa Efek Vaksin Pada Setiap Orang Berbeda-beda
Baca Juga: Singkap Sejarah Kerja Sama Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman
Tahun 1786, dokter Inggris Patrick Russell membuat hasil penyelidikan asal-usul inokulasi ini saat sedang di Aleppo, kota di Suriah hari ini. Saat itu, Aleppo berada di bawah Kekaisaran Ottoman. Russell melibatkan bantuan penyelidikan ini dari berbagai sejarawan dan dokter.
Ada dua tempat kemungkinan tempat asal metode inokulasi menurut Russell, yakni India dan Tiongkok. Di Tiongkok, inokulasi lebih seperti praktik 'insuflasi'—meniup bahan cacar ke dalam hidung—yang diperkirakan sudah ada sejak 1500-an.
"Namun, ada klaim bahwa inokulasi ditemukan sekitar 1000 M oleh seorang biarawan dan biarawati Tao atau Buddha dan dipraktekkan sebagai campuran obat, sihir dan mantra, ditutupi oleh tabu, sehingga tidak pernah ditulis," terang Flemming.
Sementara di India, punya kemiripan dengan Kekaisaran Ottoman. Russell mengungkapkan bahwa praktik inokulasi yang menggunakan jarum ada di Benggala (sekitar Bangladesh hari ini). Praktik ini diperkirakan sudah dilakukan ratusan tahun sebelumnya. Klaim lainnya di India, praktik ini dijelaskan dalam teks Sansekerta kuno dari ribuan tahun sebelumnya, tetapi masih diperdebatkan.
Entah mana yang terlebih dulu, pengetahuan inokulasi telah berkembang menjadi vaksinasi. Tidak heran jika Kekaisaran Ottoman telah mengenal dan memengaruhi pengobatan Eropa pada masanya, karena letaknya sebagai 'kiblat' kemajuan pada masanya. Setidaknya, pengetahuan ini telah menyelamatkan manusia dari berbagai wabah di sepanjang peradabannya.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Source | : | Nature,Daily Sabah |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR