Hirohito, otoritas spiritual tertinggi bangsa dan panglima angkatan bersenjata, memecat perdana menteri pada tahun 1929. Perdana menteri berikutnya ditembak dan terluka parah. Pada tahun 1932 perdana menteri lainnya dibunuh oleh perwira angkatan laut. Sang perwira kesal dengan perjanjian yang membatasi jumlah kapal perang Jepang.
Sejak saat itu, hampir semua perdana menteri berasal dari militer, bukan dari partai politik. Lebih banyak kekerasan politik terjadi pada tahun 1935. Saat itu, seorang letnan kolonel menebas seorang jenderal hingga tewas dengan pedang samurai.
Dan pada tahun 1936, lebih dari 1.400 tentara memberontak di Tokyo. Mereka merebut kementerian militer dan membunuh beberapa politisi berpangkat tinggi.
Di saat yang sama, konflik Jepang dengan Tiongkok semakin meningkat. Pada tahun 1931, perwira tentara Jepang memprakarsai apa yang disebut Insiden Manchuria. Ia meledakkan kereta api dan menyalahkan bandit Tiongkok.
Mereka kemudian menggunakan peristiwa itu sebagai alasan untuk mengambil alih Manchuria di Tiongkok timur laut. Kemudian mendirikan negara boneka di sana.
Invasi ke Tiongkok pun segera menyusul. Pada tahun 1937 perang pecah. Musim dingin itu, tentara Jepang membantai sekitar 200.000 warga sipil dan tawanan perang di Nanking. Pemerkosaan dianggap biasa. Wanita di seluruh wilayah Asia yang dikuasai Jepang dibawa untuk menjadi pelacur.
Hirohito tidak memaafkan aspek invasi yang menjijikkan itu. Namun mungkin karena khawatir militer akan membuatnya turun takhta, sang Kaisar Jepang gagal menghukum mereka yang bertanggung jawab. Dia juga menyetujui penggunaan perang kimia dan pemecatan petani.
Peran Jepang dalam Perang Dunia Kedua
Pada bulan September 1940, Jepang menandatangani Pakta Tripartit dengan Nazi Jerman dan Fasis Italia. Ketiganya setuju untuk saling membantu jika salah satu dari mereka diserang oleh negara yang belum terlibat dalam perang.
Jepang mengirim pasukan untuk menduduki Indochina Prancis pada bulan yang sama. Dan Amerika Serikat menanggapinya dengan sanksi ekonomi, termasuk embargo minyak dan baja. Kemudian, Hirohito menyetujui keputusan pemerintahnya untuk melawan Amerika.
Pada tanggal 7 Desember 1941, pesawat Jepang membombardir pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbor dekat Honolulu, Hawaii. Serangan itu melumpuhkan 18 kapal dan menewaskan hampir 2.500 orang. Amerika Serikat menyatakan perang satu hari kemudian.
Selama 7 bulan berikutnya, Jepang menduduki Hindia Belanda, Singapura Inggris, Nugini, Filipina, dan sejumlah lokasi lain di Asia Tenggara dan Pasifik.
Source | : | History.com,britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR