Jika kita mengaitkan warna Mesir kuno dengan pandangan dunia peradaban ini, hitam akan menjadi dunia bawah, langit biru, dan hijau adalah keadaan bumi. Pigmen ini diperoleh dari bubuk tembaga dan perunggu.
Kuning
Kuning selalu menjadi warna para dewa. Warna matahari dianggap sebagai sesuatu yang abadi dan tidak dapat binasa.
Nyatanya, sosok dewa yang berbeda dibangun dengan emas murni, karena melambangkan kesempurnaan. Warna ini diperoleh dari oker atau oksida alami.
Perak
Warna perak mewakili warna matahari saat fajar, bulan, dan bintang. Karena perak adalah logam yang lebih langka daripada emas di Mesir Kuno, nilainya lebih tinggi.
Jenis bahan ini sangat langka, karena perak tidak ada secara alami di Mesir; itu semua diimpor. Selain itu, tidak seperti warna Mesir kuno lainnya, perak dan emas terutama digunakan untuk tatahan pada sarkofagus atau potongan kaca.
Aspek Menarik Lainnya dari Warna Mesir kuno
Orang Mesir kuno sering memasangkan warna yang dianggap saling melengkapi. Misalnya, perak dan emas membentuk dualitas yang berlawanan, seperti matahari dan bulan bagi mereka.
Hijau dan hitam mewakili aspek yang berbeda dari proses regenerasi. Warna pelengkap lainnya adalah merah dan putih.
Demikian pula, bagi orang Mesir kuno, kemurnian warna itu penting, dan para pengrajin tidak mengubah warna mereka sampai mereka menyelesaikan warna yang sedang mereka kerjakan.
Dalam menyelesaikan pekerjaan, mereka menggunakan kuas halus untuk menguraikan dan menambahkan detail. Begitulah fakta di balik sejarah warna Mesir kuno.
Source | : | Historical Eve |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR